Senin 29 May 2023 11:08 WIB

Turki Lebih Memilih Sosok Pemimpin Tangguh daripada Nice Guy

Penasihat Kilicdaroglu menyebut kemenangan Erdogan ‘’pyrrhic victory’’.

Ribuan pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut pidato kemenangan Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istana Kepresidenan, Ankara,, Ahad (28/5/2023). setelah unggul dalam pemilu putaran kedua dengan memperoleh suara 52,16 persen.
Foto: EPA-EFE/Necati Savas
Ribuan pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut pidato kemenangan Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istana Kepresidenan, Ankara,, Ahad (28/5/2023). setelah unggul dalam pemilu putaran kedua dengan memperoleh suara 52,16 persen.

REPUBLIKA.CO.ID,  ANKARA – Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali memperoleh kepercayaan pemilih untuk menjalankan pemerintahan lima tahun mendatang. Ia meraih 52,1 persen dukungan suara dibandingkan rival politiknya, Kemal Kilicdaroglu 47,9 persen. 

Kemenangan ini, menurut BBC, Senin (29/5/2023), bermakna Erdogan bisa membaca kondisi pemilih lebih baik daripada lembaga survei dan pengamat politik.Selama proses pillpres, khususnya putaran pertama lembaga survei dan pengamat memprediksi Erdogan kalah. 

Namun, Erdogan ternyata raihan suara Erdogan pada 14 Mei itu di atas Kiligdaroglu meski tak sampai melebihi 50 persen. Maka terjadilah putaran kedua pilpres pada Ahad (28/5/2023) lalu. Dan pada akhirnya Erdogan juga meraih suara mayoritas. 

Mayoritas pemilih lebih memberikan suaranya kepada seorang autokrat daripada seorang demokrat yang belum teruji, Kilicdaroglu. Tokoh oposisi ini mencitrakan diri sebagai Mr Nice Guy selama kampanye, menjanjikan musim semi baru bagi Turki. 

Ia kemudian mengarah ke kanan, menegaskan akan mengirimkan semua pengungsi di Turki. Ia memang mendapatkan dukungan dari kelompok kanan tetapi ternyata tak cukup untuk menang. Sebaliknya, Erdogan dianggap memiliki ikatan dengan pemilihnya. 

Baca Juga: Erdogan Menang, Mata Uang Turki Justru Anjlok

Dalam konteks ini, Erdogan telah menjabat 20 tahun. Kelompok konservatif menyukainya. Terbukti meski saat ini negara dilanda krisis ekonomi mereka tetap percaya Erdogan. 

‘’Kami diberkahi dengan fakta presiden kami memimpin kami kembali,’’ ujar Hatice Duran (50) tersenyum lebar. Perempuan berhijab ini menyatakan, biarkan dunia mendengar ini, Erdogan pemimpin yang membungkam seluruh dunia dan memberinya pelajaran. 

Dengan kenyataan yang ada ini, menurut Orla Guerin, BBC News, Ankara, pesan dari pilpres di Turki, banyak warga Turki lebih memilih sosok tangguh dibandingkan nice guy. Mereka memandang Erdogan merupakan pemimpin yang kuat. 

Denel Anart sepandangan dengan Duran. Saat ia berbicara di tengah perayaan kemenangan Erdogan di kantor pusat AKP, ia berharap Erdogan bisa hidup selamanya. ‘’Dia ayah saya, kakek, paman, Dia segalanya,’’ katanya seperti dikutip CNN, Ahad (28/5/2023). 

Pendukung lainnya, Sehat Pak, Muslim mestinya merayakan kemenangan Erdogan. ‘’Muslim mestinya merayakannya. Seluruh dunia akan tahu lebih banyak tentang Muslim. Dunia Islam juga seharusnya merayakannya,’’ ujarnya. 

Mehmet Karli, penasihat Kiricdaroglu, menyebut apa yang diraih Erdogan merupakan “pyrrhic victory”. Kemenangan yang diperoleh dengan mengorbankan banyak hal. Ia menunjuk, selama proses pemilihan Erdogan memicu banyak ketegangan di masyarakat.

Karli menegaskan, tampkanya Presiden Erdogan tak memenangkan pilpres ini. ‘’Sebuah kesalahan menyebut ini sebagai kemenangan, barangkali memilih istilah ’pyrrhic victory’ lebih baik dalam menggambarkan situasi ini,’’jelasnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement