Senin 15 May 2023 07:57 WIB

Filipina Sebar Boya Navigasi di Laut Cina Selatan

Boya navigasi untuk menegaskan kedaulatan di Laut Cina Selatan yang disengketakan

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Kapal filipina di Laut Cina Selatan. Filipina telah menempatkan boya navigasi di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina sebagai upaya menegaskan kedaulatan di Laut Cina Selatan (LCS) yang disengketakan.
Foto: AP
Kapal filipina di Laut Cina Selatan. Filipina telah menempatkan boya navigasi di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina sebagai upaya menegaskan kedaulatan di Laut Cina Selatan (LCS) yang disengketakan.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Juru bicara Pasukan Penjaga Pantai Filipina (PCG) mengatakan Filipina telah menempatkan boya navigasi di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina sebagai upaya menegaskan kedaulatan di Laut Cina Selatan (LCS) yang disengketakan.

Langkah ini sebagai respon semakin agresifnya Cina di LCS setelah Presiden Ferdinand Marcos Jr memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat (AS). PGC mengatakan pada 10 sampai 12 Mei lalu mereka menempatkan lima boya yang dipasang bendera nasional di sepanjang ZEE yang seluas 322 kilometer, termasuk di Whitsun Reef di mana ratusan kapal maritim Cina berlabuh pada 2021 lalu.

Baca Juga

"Langkah ini menunjukkan tekad Filipina yang tak tergoyahkan untuk melindungi perbatasan maritim dan sumber dayanya dan berkontribusi pada keamanan perdagangan maritim," kata juru bicara PGC Komodor Jay Tarriela di Twitter, Ahad (14/5/2023).

Kedutaan Besar Cina di Manila belum merespon permintaan komentar. Pada Mei 2022 lalu PGC menempatkan lima boya navigasi di empat pulau Kepulauan Spratly.

Klaim Cina di sebagian besar kedaulatan di hampir seluruh LCS dibatalkan pengadilan internasional 2016 lalu. Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam juga mengklaim Spratly di mana Cina membuat pulau reklamasi dan melengkapinya dengan senjata dan landasan terbang.

Selama bertahun-tahun Beijing telah mengerahkan ratusan kapal penjaga pantai dan nelayan di laut yang disengketakan tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement