Jumat 12 May 2023 06:07 WIB

AI Diprediksi Gantikan 80 Persen Pekerjaan Manusia, Kita Harus Bagaimana?

Hampir setiap pekerjaan yang melibatkan dokumen harus dapat diotomatisasi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kecerdasan buatan (AI) dapat menggantikan hampir 80 persen pekerjaan manusia di beberapa tahun mendatang./ilustrasi
Foto: UNM
Kecerdasan buatan (AI) dapat menggantikan hampir 80 persen pekerjaan manusia di beberapa tahun mendatang./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kecerdasan buatan (AI) dapat menggantikan hampir 80 persen pekerjaan manusia di beberapa tahun mendatang. Hal ini diungkapkan oleh peneliti AS-Brasil Ben Goertzel.

Ilmuwan berusia 56 tahun dan pencipta robot terkenal Goertzel itu adalah pendiri dan kepala eksekutif SingularityNET, sebuah kelompok penelitian yang ia luncurkan untuk menciptakan Artificial General Intelligence (AGI), kecerdasan buatan dengan kemampuan kognitif manusia.

Baca Juga

Pada KTT Web di Rio de Janeiro baru-baru ini, yang merupakan konferensi teknologi tahunan terbesar di dunia, Goertzel berbicara tentang AGI dan dampaknya terhadap pekerjaan, bagaimana perbandingannya dengan kecerdasan manusia, dan hal-hal lainnya.

Berbicara tentang ancaman pekerjaan dari AI, dia mengatakan bahwa kemungkinan AI dapat menghapus 80 persen pekerjaan yang dilakukan manusia, bahkan jika tidak memiliki AGI.

Dilansir dari GadgetsNow, Kamis (11/5/2023), ini tidak persis seperti produk ChatGPT, tetapi sistemnya serupa dan akan menyusul dalam beberapa tahun mendatang.

“Saya tidak berpikir itu ancaman. Saya pikir itu keuntungan. Orang dapat menemukan hal yang lebih baik untuk dilakukan dalam hidup mereka, daripada hanya bekerja untuk mencari nafkah. Hampir setiap pekerjaan yang melibatkan dokumen harus dapat diotomatisasi,” kata dia.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa masalah yang dia lihat adalah masalah dalam periode sementara, ketika AI menghapus satu demi satu pekerjaan manusia.

Akan tetapi, jika ingin robot benar-benar secerdas manusia dan gesit dalam menghadapi hal yang tidak diketahui, maka para ilmuwan harus mampu mengambil lompatan besar di luar pelatihan dan pemrograman robot-robot itu.

“Dan kita belum sampai ke sana. Tapi saya pikir ada alasan untuk percaya bahwa kita hanya membutuhkan waktu beberapa tahun untuk bisa sampai ke sana,” kata Goertzel ketika ditanya apakah AI sama pintarnya dengan manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement