Selasa 09 May 2023 08:52 WIB

Hadapi Kekeringan, Kementan: Daerah Beririgasi dan tidak, Beda Penangannya

Kementan siapkan strategi berbeda untuk hadapi kekeringan di daerah irigasi dan tidak

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) siap siaga dalam penanggulangan perubahan iklim. Termasuk menghadapi El Nino yang diperkirakan datang di bulan Agustus 2023.
Foto: dok Kementan
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) siap siaga dalam penanggulangan perubahan iklim. Termasuk menghadapi El Nino yang diperkirakan datang di bulan Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) siap siaga dalam penanggulangan perubahan iklim. Termasuk menghadapi El Nino yang diperkirakan datang di bulan Agustus 2023. 

Ditjen PSP bersinergi dengan berbagai pihak sehingga dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan program. Selain itu, juga menyiapkan strategi menghadapi kekeringan El Nino untuk daerah yang terdapat irigasi dan tidak.

"Di daerah beririgasi akan dilakukan pengawalan ketat pelaksanaan pembagian air dan gilir giring air irigasi yang berasal dari waduk maupun bendung. 

Untuk meningkatkan ketersediaan air irigasi, dapat memanfaatkan sumber-sumber air yang masih tersedia melalui pompanisasi, irigasi air tanah dan normalisasi saluran," ungkap Dirjen PSP Kementan, Ali Jamil, Senin (8/5/2023).

Sedangkan untuk daerah non irigasi, akan dilakukan pemanfaatan irigasi air tanah, pompanisasi air permukaan, pemanfaatan embung dan bangunan konservasi air lainnya.

"Kita juga gencarkan pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur tata air. Di antaranya, irigasi air tanah, infrastruktur tata air permukaan, embung dan bangunan konservasi air lainnya," sebut Ali Jamil.

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP Kementan, Rahmanto menambahkan, sejak 2020-2022, Kementan telah membangun 2.177 unit irigasi perpompaan. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 hektare (ha), maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 43.540 ha.

"Pembangunan irigasi perpipaan sejak 2020-2022 telah dibangun sebanyak 439 unit, sedangkan pengembangan embung, dalam empat tahun terakhir (2020-2023) mencapai 1.531 unit. Dengan estimasi luas layanan 25 ha/unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 38.275 ha," jelasnya.

Pada tahun 2023 ini disiapkan 18 unit irigasi perpipaan, 500 unit pembangunan embung pertanian (membram/plastic), 220 unit rehabilitasi embung pertanian, 59 unit irigasi perpompaan dan 1.107 unit rehabilitasi jaringan irigasi tertier untuk mengantisipasi musim kemarau. 

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) sudah memberikan arahan kepada semua jajarannya. Arahan tersebut untuk membangun kolaborasi nasional dengan seluruh pihak di pusat dan daerah untuk bersama memantau perkembangan musim kemarau di tiap-tiap daerah. 

photo
Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP Kementan, Rahmanto menambahkan, sejak 2020-2022, Kementan telah membangun 2.177 unit irigasi perpompaan. - (dok Kementan)

 

"Maka, kita semua harus bersiap melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama kemarau. Maka para petani agar terus menjaga seluruh bangunan irigasi dan konservasi air ini dengan baik sehingga dapat berfungsi dengan normal," ujar Mentan SYL.

Dalam antisipasi kegagalan panen, lanjut Mentan SYL, agar petani juga melindungi lahannya dengan mengikuti AUTP. Sehingga jika ada kegagalan tidak perlu was was karena akan mendapat ganti rugi dari asuransi. 

"Manfaatkan pula pembiayaan dengan KUR untuk mempermudah kegiatan usaha tani para petani dalam hal pembiayaan pertanian. Kredit Usaha Alsintan juga dapat dimanfaatkan untuk memperoleh program Taksi Alsintan yang dapat dipergunakan untuk percepatan tanam sebagai antisipasi dari perubahan iklim mendatang," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement