Senin 01 May 2023 12:11 WIB

Aktivitas Pabrik Jepang Berkontraksi Lebih Lambat 

Indeks manajer pembelian manufaktur Bank Jibun Jepang naik tipis 49,5 pada April.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Para pengunjuk rasa mengayuh kayak laut di dekat pelabuhan perikanan Henoko di Nago, prefektur Okinawa, Jepang selatan, 14 Desember 2018. Aktivitas pabrik Jepang mengalami kontraksi pada April 2023.
Foto: EPA-EFE/HITOSHI MAESHIRO
Para pengunjuk rasa mengayuh kayak laut di dekat pelabuhan perikanan Henoko di Nago, prefektur Okinawa, Jepang selatan, 14 Desember 2018. Aktivitas pabrik Jepang mengalami kontraksi pada April 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Aktivitas pabrik Jepang mengalami kontraksi pada April 2023. Tetapi rincian survei menunjukkan sektor manufaktur bergerak menuju stabilisasi di tengah penurunan pesanan baru yang lebih lambat.

Seperti dilansir dari Reuters, Senin (1/5/2023), Indeks manajer pembelian manufaktur Bank Jibun Jepang naik tipis 49,5 pada April dibandingkan per Maret 49,2. Pesanan baru berkontraksi pada kecepatan terlemah sejak Juli sementara tetap di bawah ambang batas 50,0 selama sepuluh bulan berturut-turut karena permintaan masuk cukup stabil.

Baca Juga

Output pabrik juga mengalami kontraksi selama sepuluh bulan berturut-turut, dengan beberapa produsen menyebutkan kekurangan bahan baku telah membebani produksi.

Pembacaan PMI terakhir muncul setelah data pemerintah pekan lalu menunjukkan output pabrik Jepang naik sedikit pada Maret sementara survei produsen memperkirakan kenaikan 4,1 persen pada April.

Laporan ekonomi pemerintah pada pekan lalu menyebutkan, perekonomian Jepang pulih secara moderat dari penurunan yang didorong oleh Covid, tetapi ada peningkatan kebangkrutan. Pemerintah memperingatkan volatilitas keuangan global sebagai tanggapan atas keruntuhan bank Barat baru-baru ini.

Inflasi harga menurun ke laju paling lambat sejak Agustus 2021, meskipun harga masih relatif tinggi akibat kenaikan biaya bahan baku.

Tekanan biaya tersebut terlihat jelas dalam inflasi harga output, yang meluas pada tingkat terkuat hingga level tertinggi lima bulan karena perusahaan berusaha mengamankan keuntungan melalui harga jual yang lebih tinggi.

Penundaan pengiriman pemasok, yang berada di bawah ambang batas 50,0 sejak Februari 2020, adalah yang paling jarang terjadi dalam urutan saat ini pada April, survei menunjukkan.

"Perusahaan sering mengaitkan ini dengan lemahnya permintaan, bagaimanapun, yang telah mengurangi tekanan pada ketersediaan material," kata Ekonom Usamah Bhatti S&P Global Market Intelligence.

Ketenagakerjaan tumbuh pada laju terkuat sejak Oktober, sementara kepercayaan bisnis tetap kuat dan sedikit berubah dari Maret.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement