Jumat 21 Apr 2023 08:25 WIB

Harga Minyak Jatuh Terseret Kekhawatiran Resesi AS

Kemungkinan resesi dapat mengurangi permintaan bahan bakar.

Harga bensin ditampilkan di pompa bensin di Englewood, NJ, Senin, 7 Maret 2022. Harga minyak kembali merosot ke level terendah sejak akhir Maret pada akhir perdagangan Kamis (20/4/2023).
Foto: AP Photo/Seth Wenig
Harga bensin ditampilkan di pompa bensin di Englewood, NJ, Senin, 7 Maret 2022. Harga minyak kembali merosot ke level terendah sejak akhir Maret pada akhir perdagangan Kamis (20/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak kembali merosot ke level terendah sejak akhir Maret pada akhir perdagangan Kamis (20/4/2023). Harga minyak terseret lebih rendah oleh kekhawatiran kemungkinan resesi dapat mengurangi permintaan bahan bakar dan setelah kenaikan persediaan bensin di AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei kehilangan 1,87 dolar AS atau 2,36 persen, menjadi menetap di 77,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun 2,02 dolar AS atau 2,43 persen, menjadi ditutup di 81,10 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Inti dari malaise yang baru ditemukan pasar adalah ekspektasi kenaikan suku bunga yang melemahkan pertumbuhan di kedua sisi Atlantik, kata catatan penelitian oleh PVM Oil Associates pada Kamis (20/4/2023).

"Pada akhirnya, salah satu alasan utama mengapa kita terpuruk adalah ketakutan akan resesi," kata Bob Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat secara moderat minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja melambat setelah satu tahun kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS, dan memicu kekhawatiran tentang perlambatan permintaan bahan bakar.

Persediaan bensin melonjak secara tak terduga minggu lalu sebesar 1,3 juta barel menjadi 223,5 juta barel, Badan Informasi Energi AS mengatakan dalam laporannya pada Rabu (19/4/2023). Tercatat bahwa harga berjangka minyak mentah WTI dan Brent sekarang dalam koreksi besar-besaran menyerahkan semua keuntungan mereka dari pengurangan produksi terbaru oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya.

"Seperti yang terjadi, pasar minyak terjebak dalam lingkaran pemikiran negatif dengan bearish di posisi kontrol," kata PVM Oil Associates.

Pakistan telah mulai membeli minyak mentah dengan harga diskon dari Rusia, kata sebuah laporan oleh Reuters pada Kamis (20/4/2023) mengutip seorang pejabat tinggi dari Pakistan.

Sepertinya pasar minyak akhirnya mencoba mengisi kesenjangan karena ekonomi global melambat dan permintaan akan jatuh, kata Christopher Lewis, analis platform informasi pasar FX Empire.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah kesenjangan itu terisi atau tidak dan harga minyak WTI melambung, atau apakah pasar memotong kesenjangan teknikal sekitar 75,50 dolar AS per barel, menurut Lewis.

"Penurunan harga minyak akan dibatasi oleh kesenjangan yang dibuat dari pengumuman pengurangan produksi OPEC+ awal bulan ini," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

Terlepas dari risiko jangka pendek untuk harga minyak mentah, minyak masih akan menemukan pijakan di level 80 dolar AS per barel, menurut Moya.

Baik WTI untuk pengiriman Mei dan minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni melonjak lebih dari 6 persen pada 3 April menyusul pengumuman pengurangan produksi oleh OPEC dan mitranya, yang meninggalkan kesenjangan teknikal yang besar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement