Selasa 18 Apr 2023 13:23 WIB

MBMA Dikabarkan Bermitra dengan Volkswagen, Ini Respons Perusahaan

MBMA menyatakan kerja sama dengan Volkswagen itu masih dalam tahap diskusi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (18/4/2023). Saat debut, saham MBMA langsung melesat naik hingga 19 Persen.
Foto: Republika/Retno Wulandhari
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (18/4/2023). Saat debut, saham MBMA langsung melesat naik hingga 19 Persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pabrikan otomotif asal Jerman Volkswagen dikabarkan akan berinvetasi dalam pembangunan ekosistem baterai mobil di Indonesia. PT Merdeka Battery Materials Tbk disebut menjadi salah satu perusahaan nasional yang akan bermitra dengan Volkswagen.

Presiden Direktur PT Merdeka Battery Materials Tbk Devin Ridwan mengamini rencana kerja sama tersebut. "Kami sangat mengapresiasi dan sangat senang bisa masuk dalam ekosistem khususnya bisa kerja sama dengan Volkswagen" kata Devin, Selasa (18/4/2023). 

Baca Juga

Menurut Devin, bentuk kerja sama itu saat ini masih dalam tahap diskusi. Devin berharap langkah ini bisa menjadi awal yang baik bagi perseroan untuk masuk dalam ekosistem baterai kendaraan listrik. Ini dinilai sangat sesuai dengan misi perseroan selama ini.

Sebelumnya, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan sejumlah perusahaan di Eropa menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam pengembagan ekosistem baterai di Indonesia. Perusahaan tersebut yakni BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui Power Co. 

Bahlil juga menyampaikan bahwa Volkswagen melalui Power Co akan membangun ekosistem baterai mobil di Indonesia bekerja sama dengan sejumlah perusahaan, termasuk perusahaan nasional. Bahlil menilai, itu momentum tepat untuk menunjukkan Indonesia secara terbuka memberikan peluang investasi ke perusahaan di seluruh dunia. 

"Ini sebagai bentuk investasi yang inklusif sekaligus untuk menganulir cara pikir orang bahwa seolah-olah pengelolaan tambang kita di Indonesia tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang ada pada standar internasional," kata Bahlil.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement