Jumat 21 Apr 2023 01:02 WIB

Bank Digital Incar Populasi Underbanked Indonesia yang Masih Tinggi

Sukiwan menilai, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh kalangan underbanked.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Bank Fama bertransformasi menjadi Superbank. Indonesia memiliki populasi underbanked dan unbanked atau kelompok masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan dengan jumlah relatif besar.
Foto: Superbank
Bank Fama bertransformasi menjadi Superbank. Indonesia memiliki populasi underbanked dan unbanked atau kelompok masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan dengan jumlah relatif besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memiliki populasi underbanked dan unbanked atau kelompok masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan dengan jumlah relatif besar. Menurut Chief Business Officer Superbank, Sukiwan ada banyak nasabah underbanked yang sudah mengetahui konsep perbankan, tapi masih belum memahami cara kerjanya secara penuh atau belum bisa mendapatkan akses perbankan secara keseluruhan.

"Misalnya saja, banyak nasabah memiliki rekening, tapi tidak dapat mengajukan, memiliki pinjaman atau memanfaatkan fitur-fitur perbankannya secara keseluruhan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/4/2023).

Baca Juga

Pada 2021, sebanyak 81 persen dari total keseluruhan populasi Indonesia masih tidak memiliki rekening atau tidak menggunakan layanan bank. Penetrasi untuk layanan finansial di tahun yang sama pun masih terbilang rendah, dengan Indonesia mencatat tingkat penetrasi asuransi sebesar dua persen dan penetrasi biro kredit di kisaran 20-25 persen.

"Di saat yang bersamaan, pasar perbankan Indonesia memiliki keunggulan yang cukup besar untuk meraup potensi keuntungan," ujar Sukiwan.

Ia mengungkapkan bahwa potensi keuntungan dapat mencapai 16 miliar dolar AS Keuntungan ini bisa meningkat jika kelompok underbank dan underserved bisa diberdayakan lebih lanjut.

Sukiwan menilai, ada beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh kalangan underbanked. Beberapa di antaranya, kesulitan dalam mengatur keuangan mereka, kesulitan mendapatkan akses ke pinjaman karena beberapa keterbatasan yang mereka miliki, seperti penghasilan yang tidak menentu, serta adanya kesan bahwa bank tidak bersahabat. Beberapa faktor tersebut menimbulkan rendahnya ketertarikan masyarakat terhadap perbankan.

Selain itu, cara kerja bank yang dinilai rumit juga menjadikan masyarakat awam kehilangan ketertarikan terhadap fitur-fitur serta keseluruhan aksesibilitas yang ditawarkan oleh bank. Tantangan-tantangan itulah, sambungnya, yang ingin diatasi oleh Superbank sebagai pendatang baru di ranah perbankan digital Indonesia. Secara umum, tingkat literasi keuangan di kota-kota besar sudah cukup baik, tapi masih terdapat kekurangan di kota-kota tier 2 dan 3.

"Kami hadir dengan misi untuk meningkatkan literasi keuangan di Indonesia, dengan memperluas akses kredit bagi UMKM dalam memajukan bisnis, menyediakan solusi inovatif untuk konsumer ritel, dan mempercepat kolaborasi lewat ekosistem grup kami yang luas,” papar Sukiwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement