Kamis 13 Apr 2023 15:05 WIB

33 Penerbangan akan Terdampak Kebijakan No-Fly Zone Cina

Larangan terbang bisa saja menambah jarak tempuh perjalanan sekitar satu jam,

Penumpang melewati detektor temperatur tubuh di Bandara Internasional Taoyuan, Selatan Taiwan.
Foto: Reuters
Penumpang melewati detektor temperatur tubuh di Bandara Internasional Taoyuan, Selatan Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI – Kebijakan no-fly zone Cina di bagian utara Taiwan diperkirakan berdampak pada 33 penerbangan. Kemungkinan ini diungkapkan Menteri Transportasi Taiwan Wang Kwo-tsai seperti dikuti kantor berita Central News Agency (CNA), Kamis (13/4/2023).

Cina menjalankan kebijakan tersebut pada Ahad, 16 April 2023. Semula Beijing menginformasikan ke Taiwan penerapan no-fly zone berlaku pada 16-18 April. Namun, Kementerian Transportasi Taiwan menyampaikan keberatannya. 

Akhirnya durasinya dikurangi hanya menjadi 27 menit yang berlangsung pada Ahad. Wang mengatakan, pihaknya berbicara dengan otoritas penerbangan Jepang untuk memberikan notifikasi pada kapal dan pesawat untuk menghindari wilayah itu pada Ahad pagi mendatang. 

‘’Larangan terbang bisa saja menambah jarak tempuh perjalanan sekitar satu jam,’’ kata Wang. Sebab penerbangan terdampak akan diarahkan ke selatan dari tujuan semula mereka.

Pada Rabu, Kementerian Transportasi Taiwan menerbitkan sebuah peta yang menunjukkan zona aktivitas dirgantara Cina ke arah timur laut Taiwan, juga berdekatan dengan wilayah sengketa perairan yang Cina sebut Diaoyu sedangkan Jepang menyebutnya Senkaku.

Perkembangan terkini tersebut menyusul latihan militer di sekitar wilayah Taiwan sebagai respons pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua House of Representative AS Kevin McCarthy di California pada pekan lalu. 

Saat Cina menerapkan pembatasan ruang udara selama latihan militer Agustus tahun lalu, terdapat gangguan signifikan. Sejumlah pesawat bahkan membawa bahan bakar ekstra, merujuk OPSGROUP, asosiasi industri penerbangan yang memberikan nasihat terkait risiko penerbangan. 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement