Rabu 12 Apr 2023 13:02 WIB

Kesulitan Pendanaan, Tupperware Terancam Bangkrut

Tupperware sempat mengalami kebangkitan bisnis selama pandemi Covid-19.

File foto 5 Agustus 2011 ini menunjukkan produk Tupperware berwarna-warni di Bellflower, California. Tupperware Brands, yang mengalami kebangkitan selama pandemi, kini mengejar investor untuk mempertahankannya dan terancam dihapuskan dari Bursa Efek New York.
Foto: AP Photo/Garrett Cheen
File foto 5 Agustus 2011 ini menunjukkan produk Tupperware berwarna-warni di Bellflower, California. Tupperware Brands, yang mengalami kebangkitan selama pandemi, kini mengejar investor untuk mempertahankannya dan terancam dihapuskan dari Bursa Efek New York.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasib Tupperware Brands ini terlihat kurang kedap udara seperti produknya. Pembuat tempat makan yang dapat digunakan kembali, Tupperware Brands terancam bangkrut. Pembuat wadah plastik asal Amerika Serikat (AS) ini mengumumkan bahwa perusahaan kemungkinan tidak memiliki cukup dana untuk melanjutkan bisnis.

Dilansir Reuters, Rabu (12/4/2023), manajemen mengungkapkan Tupperware meragukan kemampuan model bisnisnya. Perusahaan tak dapat memprediksi seberapa cepat dapat mengubah model bisnis sejalan dengan perubahan kebiasaan konsumen.

Baca Juga

Banyak yang telah berubah sejak Tupperware menjadi andalan pesta dan barbekyu Amerika. Covid-19 adalah keuntungan bagi bisnis. 

Pendapatannya pada kuartal III tahun 2020 lebih dari empat kali lipat karena juru masak rumahan yang terkunci membuat resep. Namun, kebangkitan makan di luar berarti lebih sedikit ruang untuk sisa makanan. 

Bos Miguel Fernandez sekarang percaya bahwa perusahaan sedang memasuki fase pascapandemi baru yang menggembirakan. Akan tetapi, perusahaan menghadapi kendala uang tunai. Salah saji laba, yang membuatnya terlambat dalam mengajukan laporan tahunannya, dapat menyebabkan kreditur menyatakan Tupperware telah melanggar perjanjian utangnya.

Bahkan, jika Tupperware dapat menenangkan krediturnya atau mencari investor baru, kebangkitan e-commerce telah merusak kekayaan perusahaan yang bersandar pada penjualan langsung. Perusahaan kosmetik Avon setuju untuk menjual dirinya ke raksasa Brazil Natura pada tahun 2019 misalnya. 

Tupperware mengandalkan sekitar 3 juta anggota penjualan independen untuk mendistribusikan produknya ke hampir 70 negara. Dibandingkan dengan masa kejayaan perusahaan, pelanggan memiliki lebih banyak pilihan untuk penyimpanan makanan, lebih banyak tempat untuk membeli, dan lebih sedikit waktu untuk pesta Tupperware. Itu membuat merek ikonik semakin terkurung. 

Pembuat wadah plastik ini didirikan oleh ahli kimia Earl Tupper pada tahun 1946. Tupper menciptakan Tupperware setelah mengambil inspirasi dari desain tutup kaleng cat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement