Kamis 30 Mar 2023 11:56 WIB

PKS Kritik Keputusan Diskriminatif dan Standar Ganda FIFA

Hidayat Nur Wahid membandingkan Israel dibiarkan dan Rusia dicoret oleh FIFA.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Erik Purnama Putra
Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid.
Foto: istimewa
Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia u-20. Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, mengaku, sangat menyesalkan keputusan FIFA karena keputusan itu tidak sesuai prinsip organisasi sepak bola dunia tersebut yang tidak diskriminatif.

"Keputusan ini jelas diskriminatif. Pertama terhadap apa yang pernah diputuskan FIFA yaitu mem-ban atau melarang kesebelasan Rusia dalam perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar karena Rusia melakukan penyerangan terhadap Ukraina," kata Hidayat kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Padahal, wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersebut mengingatkan, Israel juga melakukan penyerangan kepada Palestina, bahkan tidak cuma satu tahun seperti yang dilakukan Rusia ke Ukraina. Hal itu sudah dilakukan Israel sejak 1948 dan masih terus dilaksanakan ke Palestina.

Baca juga : Pengamat Kecam 'Pembuat Gaduh' Penyebab Indonesia Batal Jadi Host Piala Dunia U-20

Selain itu, Hidayat menerangkan, UEFA pernah pula mencoret kesebelasan Rusia dalam perhelatan final UEFA 2022 dan digantikan Polandia. Pendapat itu menanggapi pihak yang mengatakan ini tinggal berapa hari lagi tidak bisa dicabut. "Kalau tidak diskriminatif semestinya semua invasi, semua penjajahan itu kan diberikan sanksi oleh FIFA," ujar Hidayat.

Ternyata, lanjut Hidayat, FIFA memilih bersikap diskriminatif dan malah tidak melaksanakan prinsip-prinsip yang mereka miliki. Hidayat menilai, langkah itu malah menunjukkan kalau FIFA memang mencampuradukkan politik dan sepak bola.

Maka dari itu, ia menyayangkan langkah FIFA yang tidak memberlakukan prinsip yang dimiliki. Kemudian, Hidayat melihat, FIFA turut bersikap diskriminatif jika membandingkan sikap mereka kepada Qatar dan sikap mereka kepada Indonesia.

Qatar merupakan negara yang memiliki kekhasan. Lalu, panitia pelaksana Piala Dunia 2022 di Qatar menyatakan tidak akan menjual akidahnya terkait LGBT dan tidak akan mempromosikan atribut pelangi. Ternyata, FIFA bisa menerima sikap itu.

Baca juga : Giring Komentari Soal Keputusan FIFA, Warganet Desak PSI Cabut Dukungan ke Ganjar

"Harusnya kalau tidak diskriminatif berarti kehendak negara-negara yang memiliki kekhasan itu diakomodasi FIFA, bagian dari sportifitas dan tidak diskriminatif," ujar Hidayat.

Selain itu, kritik Hidayat, saat FIFA menunjuk atau memenangkan sebagai tuan rumah tentu mereka sudah tahu ideologi dan sistem Indonesia. Termasuk, UUD 1945 yang konstitusinya menolak penjajahan.

Yang mana, lanjut dia, diejawantahkan dalam kebijakan politik langsung oleh Presiden pertama Republik Indonesia Ir Sukarno. Terkait olahraga, setidaknya ada tiga peristiwa. Pada 1957, terkait penyisihan menuju Piala Dunia 1958, pada 1962 terkait Asian Games, bahkan pada 1964 Bung Karno memboikot Olimpiade di Tokyo hanya karena ada Israel.

Menurut Hidayat, FIFA tentu tahu ketika mereka menunjuk Indonesia ini merupakan negara yang tidak netral terhadap Israel. "Ini adalah negara yang mempunyai konstitusi, mempunyai sejarah yang berulang dilakukan pimpinannya dan sebagaimana FIFA bisa mengakomodasi ideologi di Qatar, semestinya bisa mengakomodasi ideologi dari Indonesia," katanya.

Baca juga : Golkar Berpeluang Jadi Tambahan Energi Koalisi Perubahan

Apalagi, baik FIFA maupun UEFA sudah mencoret kesebelasan Rusia baik pria maupun wanita mereka dalam kompetisi internasional. Karena itu, Hidayat menyayangkan atas perilaku FIFA yang sangat diskriminatif, tidak melaksanakan prinsipnya sendiri.

Dia menekankan, sikap itu membuat impinan dari anak-anak Indonesia untuk bermain di tingkat Piala Dunia di tingkat U20 sekarang menjadi tidak terlaksana. Selain itu, Hidayat mengingatkan, kasus ini kembali menunjukkan perilaku dari Israel.

Pasalnya, Israel bukan hanya sudah menjajah dan merampas kebebasan warga Palestina, tapi juga pesepak bola Palestina. Hidayat mengingatkan, Israel sangat represif ke sepakbola Palestina, dan beberapa kali timnas Palestina dilarang ke luar negeri.

"Bahkan, topskornya Palestina 2022 Desember itu ditembak mati juga oleh Israel. Jadi, Israel menjajah bukan hanya menjajah di tingkat politik dan bangsa, tapi juga di tingkat olahraga," ujar Hidayat.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement