REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Media Nusantara Citra Tbk membukukan penurunan pendapatan sepanjang 2022. Tahun lalu, laba bersih emiten bersandi MNCN ini tercatat mencapai Rp 9,06 triliun atau turun sembilan persen dibandingkan periode yang sama di 2021.
Manajemen perseroan menjelaskan, penurunan ini terutama disebabkan oleh implementasi Analog Switch Off (ASO) di wilayah Jabodetabek pada kuartal IV 2022. Hal ini mengakibatkan banyak pengiklan menahan pengeluaran pemasaran mereka.
"Terutama pada TV FTA yang mewakili sebagian besar dari pendapatan perseroan sekitar 58 persen pada 2022," ungkap manajemen MNCN melalui siaran pers, Sabtu (25/3/2023).
Lebih detail, MNCN membukukan pendapatan iklan sebesar Rp 7,82 triliun pada 2022, turun 15 persen (yoy) dari Rp 9,20 triliun di 2021. Meskipun terdapat turbulensi pada belanja iklan yang dihadapi oleh media tradisional Perseroan, pertumbuhan iklan digital berhasil menopang penurunan pendapatan iklan MNCN secara keseluruhan.
Cabang digital perseroan memberikan hasil yang kuat dengan peningkatan 25 persen (yoy) menjadi Rp 2,53 triliun. Pencapaian ini didorong oleh eksekusi yang kuat di seluruh platform digital perseroan, seperti RCTI+ (AVOD superapp), portal online (iNews Media Group), dan monetisasi media sosial yang berkelanjutan.
Selain itu, pendapatan iklan non-digital turun 26 persen (yoy) dikarenakan oleh implementasi ASO. Meskipun demikian, menurut data perseroan, MNCN masih memimpin dalam hal belanja iklan pada TV FTA dengan mendominasi kue iklan sebesar 44,9 persen selama Januari-Desember 2022.
Beban langsung perseroan turun delapan persen (yoy) menjadi Rp 3,62 triliun karena peningkatan efisiensi dari dua fasilitas studio, serta dimulainya sebagian produksi konten di Movieland. Selain itu, penurunan beban langsung juga dikarenakan oleh penurunan kesepakatan lisensi pihak ketiga dengan studio konten asing.
Laba kotor MNCN turun 12 persen (yoy) menjadi Rp 5,06 triliun dari Rp 5,77 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini sangat dipengaruhi oleh penerapan Analog Switch Off dan penurunan beban langsung yang lebih rendah dibandingkan top line perseroan.
Turunnya laba kotor turut membuat EBITDA dan laba bersih Perseroan pada tahun lalu tergerus. EBITDA Perseroan pada 2022 tercatat Rp 3,73 triliun, turun 11 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Ini mewakili margin EBITDA sebesar 41 persen. Sementara, Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 2,24 triliun pada 2022, yang merupakan margin laba bersih sebesar 25 persen.