Jumat 24 Mar 2023 19:54 WIB

Krisis Bank Konvensional Global tak Pengaruhi Keuangan Syariah Karena Hal Ini

Investasi syariah menciptakan iklim investasi yang stabil.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Direktur Operasi Bank Muamalat Awaldi (kanan) berbincang dengan Head of Digital Banking Bank Muamalat Marjuki (kiri) mengenai fitur Gerai Reksa Dana Syariah di Jakarta, Jumat (23/9/2022). Bank Muamalat mencatat minat nasabah terhadap produk investasi terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan penjualan yang rata-rata tumbuh sekitar 160 persen per tahun selama empat tahun terakhir. Fitur Gerai Reksa Dana Syariah ini tersedia di aplikasi Mobile Banking Muamalat Digital Islamic Network. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Direktur Operasi Bank Muamalat Awaldi (kanan) berbincang dengan Head of Digital Banking Bank Muamalat Marjuki (kiri) mengenai fitur Gerai Reksa Dana Syariah di Jakarta, Jumat (23/9/2022). Bank Muamalat mencatat minat nasabah terhadap produk investasi terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan penjualan yang rata-rata tumbuh sekitar 160 persen per tahun selama empat tahun terakhir. Fitur Gerai Reksa Dana Syariah ini tersedia di aplikasi Mobile Banking Muamalat Digital Islamic Network. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam dua pekan terakhir, dua bank AS runtuh, yaitu Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. Sementara, Credit Suisse Group diambil alih oleh UBS Group. Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Abdalloh, menilai kondisi tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan kepada pasar keuangan syariah.

"Menurut saya (runtuhnya dua bank di AS) tidak akan berdampak signifikan terhadap keuangan syariah, mungkin terdampak tidak langsung tapi tidak besar," Kata Irwan kepada Republika.co.id, Jumat (24/3/2023).

Baca Juga

Hal ini lantaran investasi syariah menciptakan iklim investasi yang stabil. Bahkan, beberapa hal yang mendorong pasar fluktuatif secara ekstrem adalah tidak syariah.

"Seperti short selling. Jadi, investasi syariah akan mendorong stabilitas makro ekonomi," ujarnya.

Hal menarik lainnya, saat ini genarsi muda juga banyak yang tertarik berinvestasi dengan prinsip syariah.

“Kesadaran investasi semakin tinggi terbukti investasi komposisi investor ritel maupun investor saham syariah Indonesia, itu 95 persen saham syariah investornya anak muda,” ujar Irwan.

Sektor keuangan syariah terbukti tangguh dan mampu bertahan dalam kondisi ketidakpastian perekonomian saat ini.

Pada akhir November tahun 2022, total asset keuangan syariah mencapai Rp 2.312,72 triliun, tumbuh 15 persen dari tahun sebelumnya. Per November 2022, total aset pada sektor perbankan syariah mencapai Rp 756,30 triliun dan memiliki market share sebesar 6,8 persen.

Sementara untuk total aset pada pasar modal syariah termasuk saham syariah dan sukuk negara mencapai Rp 5.924,08 triliun dan memiliki market share sebesar 18,43 persen. Total aset pada sektor IKNB syariah mencapai Rp 143,97 triliun dan memiliki market share 4,69 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement