REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Direktur Institute of Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyarankan pelaku seni dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk memanfaatkan momentum konser di Indonesia.
Di tengah pandemi yang telah landai saat ini, sederet konser yang menghadirkan musisi lokal dan internasional mulai kembali marak digelar di Indonesia. Adanya berbagai pembatasan yang ketat saat pandemi juga menjadi alasan hausnya masyarakat akan hiburan, salah satunya konser.
"Pandemi sudah landai dan masyarakat haus akan hiburan, sehingga ini saatnya bagi para seniman dan UMKM untuk menampilkan kreasi mereka yang kreatif, jangan sama saat pandemi," kata Eko dilansir Antara, Kamis (23/3/2023).
Menurutnya, ini adalah musim semi bagi industri hiburan, seniman, hingga UMKM. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini mengatakan, 60 persen penduduk Indonesia saat ini adalah usia muda, sehingga sektor hiburan seperti konser menjadi konsumsi yang paling dicari di Tanah Air.
UMKM, seniman, termasuk pelaku hiburan perlu melakukan banyak inovasi baru untuk memanfaatkan momentum ini. Sebab, sekarang banyak acara yang menggabungkan berbagai aspek ke dalamnya. "Yang terakhir acara otomotif tapi juga ada konsernya. Ini harus terus dimanfaatkan sebagai peluang bisnis bagi seniman juga pelaku hiburan," ujar Eko.
Sementara bagi UMKM, Eko mendorong untuk terus aktif berpartisipasi pada acara-acara yang ramai dikunjungi seperti konser. Kualitas produk yang ditawarkan juga harus menyesuaikan target pasar pada konser.
Misalnya UMKM merchandise, kalau konser kalangan menengah ke atas, konser musisi Internasional, produknya juga harus berkualitas. Lain halnya konser rakyat ekonomi bawah, kualitas dan harganya harus sesuai.
Eko menyebut, maraknya konser di Indonesia saat ini tentu akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf), dan mampu memberi efek berganda hingga ke titik terbawah. "Dampaknya tidak hanya merambat ke UMKM, tapi kalau mau dihitung, area parkir juga terdampak besar. Banyak lagi yang terpengaruh," imbuhnya.
Meski sumbangan sektor hiburan terhadap PDB negara tidak sebesar sektor lain seperti industri dan perbankan, Eko mengatakan, dampak ekonomi dari perhelatan konser tidak dapat disepelekan. PDB Indonesia sekitar Rp 16 ribu triliun, sumbangan industri hiburan tidak mencapai sepuluh persennya.
"Namun bukan berarti kecil, karena kalau sepuluh persen saja itu sudah lebih dari Rp 1.000 triliun," ungkap Eko.