Selasa 14 Mar 2023 16:30 WIB

AHY Sebut Proyek Mercusuar Era Jokowi tak Berdampak ke Wong Cilik

AHY menyentil utang pemerintah sudah tiga kali lipat sejak era SBY berakhir 2014.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah kader hadir saat acara pidato politik Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Tennis Indoor Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2023).
Foto: Republika/Prayogi.
Sejumlah kader hadir saat acara pidato politik Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Tennis Indoor Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengkritik pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dilaukan pemerintah saat ini. Padahal, Indonesia sedang pada masa pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

Menurut dia, pengelolaan pajak juga belum dilakukan dengan baik, ditambah dengan terungkapnya kasus di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Sayangnya, pemerintah malah fokus dengan proyek mercusuarnya. Adapun proyek mercusuar yang dibangun saat ini adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan ibu kota negara (IKN) Nusantara.

"Anggaran terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar yang tidak banyak berdampak pada kehidupan wong cilik. Tidak banyak berdampak pada saudara-saudara kita, yang termasuk kategori miskin dan tidak mampu," ujar AHY dalam pidato politiknya di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2023).

Sementara itu, AHY mengkritik, defisit anggaran coba ditutupi pemerintah dengan kebijakan menarik utang baru. Hal tersebut semakin membuat miris ketika dalam delapan tahun terakhir, kenaikan utang pemerintah mencapai tiga kali lipat sejak pemerintahan berganti pada 2014. Laporan terkahir, utang pemerintah sudah tembus Rp 7.733,99 triliun.

"Kini kita kesulitan membayar utang, karena keuangan negara juga tengah menghadapi tekanan. Sejatinya rakyat juga yang akan menanggung utang lewat pajak yang mereka bayar," ujar AHY.

Dia menilai, tidak adil jika utang yang terlewat tinggi tersebut membuat pemerintah periode 2024-2029 terbebani. Padahal, sambung dia, pendapatan negara yang 80 persennya bersumber dari pajak, dikumpulkan dari hasil keringat dan jerih payah rakyat.

"Akibatnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah pun turun. Untuk itu, kembalikan kredibilitas pengelolaan pajak, perbaikan sistem pengawasannya, rakyat harus diyakinkan, uang yang disetor benar-benar masuk kas negara dan digunakan tepat sasaran," tegas putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement