Ahad 12 Mar 2023 17:15 WIB

Perang Rusia Ukraina Tak Kunjung Usai, Perusahaan Minyak Timur Tengah Naik Daun

Negara-negara Eropa khususnya tak mampu lagi bergantung pada Rusia.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco (ilustrasi). Pasar global saat ini justru mulai meningkatkan ketergantungannya atas produksi minyak dan gas perusahaan migas Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).
Foto: ngoilgasmena.com
Logo perusahaan minyak Saudi Aramco (ilustrasi). Pasar global saat ini justru mulai meningkatkan ketergantungannya atas produksi minyak dan gas perusahaan migas Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang Rusia Ukraina yang tak kunjung usai membuat suplai minyak mentah ke pasar global seret, hal ini juga membuat fluktuasi harga minyak bergerak tak terkontrol. Namun, di tengah momen tersebut, pasar global saat ini justru mulai meningkatkan ketergantungannya atas produksi minyak dan gas perusahaan migas Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).

Hal ini dikarenakan negara-negara Eropa khususnya tak mampu lagi bergantung pada Rusia. Ekspansi pasar dilakukan untuk mengamankan pasokan energi membuat perusahaan migas timur tengah jadi naik daun.

Baca Juga

Dilansir dari Khaleej Times, Ahad (12/3/2023), Direktur Regional Stone X Group, Ritu Singh, menjelaskan, naik pamornya perusahaan MENA didorong permintaan pasar eropa dan asia terhadap minyak timur tengah. Terutama soal pasokan gas, kini negara-negara Eropa tak bisa terus menerus berharap pasokan gas dari Rusia. Pilihan LNG menjadi cara satu satu untuk memenuhi kebutuhan gas Benua Biru tersebut.

"Mengingat meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Eropa Barat, banyak negara di benua lama tidak dapat lagi mengandalkan Rusia untuk memenuhi kebutuhan minyak dan gas mereka, dan telah berusaha untuk menemukan sumber energi baru," kata Singh.

Singh juga menjelaskan, kondisi kebutuhan mendesak ini direspons agresif oleh Adnoc dan Aramco sebagai dua perusahaan migas besar asal Timur Tengah. Adnoc dan Aramco meningkatkan kapasitas produksi dan gencar melakukan eksplorasi untuk mengamankan kontrak pembelian migas jangka panjang.

"Kedua perusahaan tersebut juga membuat strategi pengamanan jaring lindung sehingga harga migas yang mereka banderol tak terdampak langsung oleh pergerakan harga minyak dunia," tambah Singh.

Keputusan negara Eropa dan Asia perlahan meninggalkan Rusia juga didorong isu transisi energi yang menjadi prioritas dunia saat ini. Negara Eropa mempercepat kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga domestik mereka, beberapa negara Asia juga mengakselerasi proyek energi bersih untuk lepas dari ketergantungan impor minyak mentah.

"Pergerakan dunia dan juga isu transisi energi mengubah paradigma masyarakat saat ini soal ketahanan energi. Semua pihak berupaya di dalam negerinya untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam agar bisa terlepas dari ketergantungan minyak mentah," kata Singh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement