Selasa 07 Mar 2023 11:31 WIB

Cegah Penyakit LSD Meluas, Blitar Intensifkan Vaksinasi Sapi

Temuan penyakit LSD di Blitar sebenarnya muncul satu bulan lalu.

Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyuntik sapi yang terjangkit benjolan atau Lumpy skin diseses (LSD) yang disebabkan oleh virus pox saat pemeriksaan kesehatan sapi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Rahmad
Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyuntik sapi yang terjangkit benjolan atau Lumpy skin diseses (LSD) yang disebabkan oleh virus pox saat pemeriksaan kesehatan sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Pemerintah Kabupaten Blitar intensif melakukan vaksinasi menyusul temuan kasus penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang sejumlah ternak sapi di kabupaten ini.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar Toha Mashuri mengemukakan temuan penyakit LSD di Blitar sebenarnya muncul satu bulan lalu. Sapi yang terkena pertama kali disembelih dengan harapan bisa memutus penyebaran penyakit itu.

"Sebulan lalu kami ada satu kasus, kemudian kami potong, tapi muncul lagi. Jadinya, kami treatment pengobatan, isolasi setelah satu bulan dinyatakan sembuh berdasarkan hasil uji laboratorium," katanya di Blitar, Selasa (7/3/2023).

Penyakit tersebut rentan menyerang sapi dan kerbau yang disebabkan oleh Virus Lumpy Skin Disease genus Capripoxvirus yang termasuk dalam keluarga Poxvirus (FAO, 2021). LSD kadang disebut dengan cacar yang menyerang pada sapi dan kerbau, sehingga menyebabkan kecacatan permanen di tubuh ternak.

Ia mengatakan pihaknya tetap menangani laporan penyakit LSD. Pengobatan juga dilakukan dengan harapan penyakit ini tidak menyebar kepada ternak sehat lainnya. Vaksinasi pada ternak juga dilakukan dengan harapan bisa memutus penyebaran penyakit itu.

"Kalau ada kasus, kami vaksinasi ternak dengan radius satu kilometer. Tapi, yang terpenting tetap kebersihan kandang, biosekuriti ternak dan lingkungannya," ujarnya.

Ternak yang terkena penyakit LSD ini, kata Toha, cenderung tidak mau makan, sehingga badannya menjadi kurus. Namun, untuk tingkat kematiannya rendah.

"Masa inkubasi 28 hari, berbeda dengan PMK 14 hari. Ternak biasanya tidak mau makan, jadinya lesu, kurus. Tapi, tingkat kematiannya rendah. Penularan pun lewat perantara. Kami dari dinas juga memberikan dukungan vitamin," kata dia.

Pihaknya sigap bertindak dengan harapan peternak tidak resah dengan temuan penyakit LSD ini. Pada ternak yang terkena penyakit ini dagingnya aman untuk dikonsumsi, sedangkan untuk kulit sebenarnya juga aman.

"Dagingnya aman, karena ini bukan penyakit yang menular ke manusia. Untuk kulitnya, karena ada bekas sebenarnya tidak apa-apa, boleh saja jika dimakan," jelasnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan Blitar Nanang Miftahudin menambahkan saat ini ada sembilan ekor sapi yang tersebar di lima kecamatan yang terkena penyakit LSD.

Ia menambahkan mitigasi sudah dilakukan sejak awal laporan kasus tersebut. Salah satu yang dilakukan adalah dengan vaksinasi pada ternak, sehingga penyakit ini tidak menyebar.

"Untuk LSD ini tingkat kematiannya rendah. Tapi, secara spesifik tetap akan muncul setelah sembuh. Ibaratnya secara global cacat pada sapi," kata dia. Sementara itu, jumlah ternak sapi di Blitar saat ini sekitar 140 ribu ekor untuk sapi potong dan 20 ribu sapi perah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement