Rabu 01 Mar 2023 18:59 WIB

Bio Farma Gaet Perempuan Sulsel Deteksi Dini Serviks Lewat Tes Urine

PT Bio Farma telah melakukan pengembangan untuk mendeteksi penyebab kanker serviks.

Kanker serviks (ilustrasi). PT Bio Farma berupaya menggaet perempuan Sulawesi Selatan untuk melakukan deteksi dini terhadap virus yang bisa mengakibatkan kanker serviks atau kanker mulut rahim.
Foto: www.freepik.com
Kanker serviks (ilustrasi). PT Bio Farma berupaya menggaet perempuan Sulawesi Selatan untuk melakukan deteksi dini terhadap virus yang bisa mengakibatkan kanker serviks atau kanker mulut rahim.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- PT Bio Farma berupaya menggaet perempuan Sulawesi Selatan untuk melakukan deteksi dini terhadap virus yang bisa mengakibatkan kanker serviks atau kanker mulut rahim. Deteksi dilakukan lewat cara sederhana yaitu tes urine.

PT Bio Farma telah melakukan pengembangan untuk mendeteksi virus HPV (penyebab kanker serviks) melalui produk CerviScan, yang digunakan sebagai alat deteksi pada virus melalui tes urine dengan akurasi lebih dari 70 persen. "Untuk tes HPV DNA ini, apabila hasilnya positif, maka pasien dirujuk untuk konsultasi dengan dokter obgyn-nya. Pasien dengan hasil negatif direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan ulang per lima tahun," urai Fitri Puspadewi sebagai Kadiv Pemasaran Domestik Bio Farma di Makassar, Rabu (1/3/2023).

Baca Juga

Ia mengemukakan, Sulawesi Selatan sebagai salah satu kota terbesar di Sulawesi yang dinilai potensial untuk pemasaran pelayanan skrining kanker serviks dengan kit CerviScan. Untuk itu, Makassar juga menjadi daerah ke dua menawarkan layanan kesehatan skrining kanker serviks ini setelah Bandung, Jawa Barat yang merupakan wilayah kantor pusat Bio Farma.

Layanan CerviScan akan hadir di dua laboratorium Kota Makassar, yakni Laboratorium Rinra Medical Center dan Laboratorium Kimia Farma. Biaya pemeriksaan akan berbeda di setiap klinik di setiap kota, namun dalam mengakses layanan CerviScan diperkirakan berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per pemeriksaan.

Fitri mengatakan, pada layanan kesehatan ini, pihaknya tengah mengutamakan membangun jejaring laboratorium rujukan yang dapat melayani pemeriksaan HPV DNA sampel urin dari Bio Farma. Tujuannya agar masyarakat yang berminat dan tenaga medis yang merekomendasikan rujukan dapat mengarahkan ke klinik tersebut.

"Kami sedang melakukan perluasan jaringan ke semua laboratorium yang ada," ujarnya.

Kanker serviks atau leher rahim merupakan salah satu penyakit mematikan yang menjangkiti kaum perempuan. Merujuk pada Data Global Cancer Observatory, di Indonesia tahun 2020, kanker serviks menempati urutan kedua tertinggi setelah kanker payudara untuk kasus terbanyak.

Ketua POGI Kota Makassar Prof Syahrul Rauf mengapresiasi program tersebut. Dia mengatakan, proses yang ada saat ini sudah cukup baik dalam pendeteksian kanker mulut rahim, namun tidak sedikit kaum Hawa yang merasa prosesnya kurang nyaman. Sebagian mereka masih malu dan berdampak pada ragu atau segan untuk melakukan pemeriksaan.

"Kami bersyukur karena metode ini cukup simpel, dengan tes urin dari Bio Farma bisa mencegah kanker serviks, yang secara dini akan mengecek virus kanker ini ada atau tidak," kata dia.

Prof Syahrul Rauf juga menjelaskan bahwa sering kali pasien terlambat mendapatkan penanganan dikarenakan proses deteksi yang baru dilakukan jika sudah terjadi keluhan signifikan. "Pasien datang pemeriksaan sudah mengalami keluhan dan gejala stadium tengah sampai mendekati akhir. Hal ini sungguh disayangkan. Penyakit ini sebenarnya dapat mudah ditangani di stadium awal. Sangat diperlukan alat untuk deteksi dini pada penyakit ini," jelasnya.

Terkait layanan baru Bio Farma, sebelumnya telah dilakukan sosialisasi dalam bentuk talkshow bertajuk "The Silent Killer: Kenali dan Deteksi Kanker Serviks Sejak Dini" di Makassar.

Kepala Dinas Kesehatan Sulsel dr Rosmini Pandin mengatakan, sifat penyakit yang berlangsung lama hingga 10 tahun berdampak pada sifat abai kaum Hawa untuk memeriksakan dirinya, dan menganggap baik-baik saja. Akibatnya, tidak sedikit pasien kanker serviks baru diketahui setelah berada di kondisi kritis, yakni stadium dua atau tiga. Jumlah pasien penderita kanker serviks juga semakin tinggi. Tidak sampai di situ, skrining atau deteksi dini kanker serviks yang rendah disebabkan pula oleh karakteristik perempuan Indonesia, khususnya Sulsel yang masih merasa malu untuk memeriksakan dirinya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement