REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS pada hari ini, Rabu (15/2/2023). Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra menyatakan kekhawatiran pasar menurun karena inflasi AS Januari 2023 melandai.
"Pasar bisa jadi sedikit lega karena inflasi tidak naik melebihi bulan sebelumnya," kata Ariston kepada Republika, Rabu (15/2/2023).
Data inflasi konsumen AS Januari 2023 masih menunjukkan kenaikan 6,4 persen yoy. Meski demikian, kenaikannya masih di bawah Desember 2022 sebelumnya 6,5 persen.
Ariston mengakui, data ini memang menunjukkan bahwa inflasi AS tetap tinggi di atas target dua persen, tetapi masih dalam jalur penurunan. Inflasi yang tinggi ini sejalan dengan data tenaga kerja AS yang meningkat.
Dari dalam negeri, menurut Ariston, pergerakan rupiah akan dipengaruhi kebijakan pemerintah yang baru soal Devisa Hasil Ekspor (DHE). Kebijakan tersebut dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah.
"Rupiah berpeluang menguat lagi terhadap dolar AS hari ini. Potensi penguatan ke arah 15.100 dengan resistensi di kisaran 15.180," kata Ariston.
Kemarin, Selasa (14/2/2023), rupiah Jisdor menguat 0,31 persen menjadi Rp 15.168 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,25 persen ke level Rp 15.167 per dolar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, rupiah menguat terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin didorong oleh pernyataan pemerintah terkait kebijakan DHE. Pengekspor diwajibkan untuk ditempatkan sepertiga DHE di dalam negeri selama tiga bulan.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data neraca perdagangan Indonesia bulan Januari, yang diperkirakan akan surplus 3,27 miliar dolar AS, turun terbatas dari bulan sebelumnya 3,89 miliar dolar AS.
"Rupiah diperkirakan akan berada di rentang Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS pada hari ini," kata Josua.