Senin 13 Feb 2023 12:24 WIB

Kinerja BUMN Moncer Sepanjang 2022, Erick Beberkan Perinciannya

Mayoritas BUMN yang berasal dari 12 klaster telah berada dalam kondisi sehat.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan peningkatan laba konsolidasi tak lepas dari pertumbuhan dan perbaikan kondisi BUMN sepanjang tahun lalu. (ilustrasi),
Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan peningkatan laba konsolidasi tak lepas dari pertumbuhan dan perbaikan kondisi BUMN sepanjang tahun lalu. (ilustrasi),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbilang moncer sepanjang 2022. Dalam laporan unaudited, laba konsolidasi BUMN mencapai Rp 303,7 triliun pada 2022 atau melonjak Rp 179 triliun dari 2021 yang sebesar Rp 125 triliun.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, peningkatan laba konsolidasi tak lepas dari pertumbuhan dan perbaikan kondisi BUMN sepanjang tahun lalu. Erick menyampaikan mayoritas BUMN yang berasal dari 12 klaster telah berada dalam kondisi sehat dan tidak merugi pada 2022.  

Baca Juga

"Alhamdulillah kalau kita lihat dari 12 klaster yang kita miliki, sektor jasa keuangan yang memang paling tinggi kontribusinya, (laba) BRI hampir di atas Rp 50 triliun, BTN di atas Rp 3 triliun, BNI di atas Rp 18 triliun, dan Bank Mandiri di atas Rp 44 triliun," ujar Erick saat rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/2/2023).

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (Tiko) dan Pahala Nugraha Mansury mendapat tugas masing-masing membawahi enam klaster tersebut. Erick menyampaikan keuntungan juga berhasil diraih BUMN-BUMN jasa asuransi dan dana pensiun, mulai dari IFG, Taspen, hingga ASABRI yang saat ini sudah kembali sehat. Sementara, PT Reasuransi Indonesia masih memerlukan perhatian.

"Di jasa infrastruktur, Adhi Karya, Wijaya Karya, PT PP, Brantas Abipraya sehat, Jasa Marga, Semen Indonesia, Waskita, sehat di atas Rp 2 trilun, lalu ada Hutama Karya yang kita tahu memang ini masih masih penugasan (Jalan Tol Trans-Sumatra)," ucap pria kelahiran Jakarta tersebut.

Erick juga mendorong Perumnas mengubah model bisnis dengan membangun hunian bertingkat. Hal ini guna mengantisipasi keterbatasan lahan tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan hunian.

Erick optimistis kinerja BUMN di sektor pariwisata dan pendukung akan kembali pulih pada tahun ini setelah mengalami tekanan besar akibat pandemi.

Menurut Erick, laba positif juga diraih BUMN sektor logistik seperti Pelindo yang untung di atas Rp 4 triliun, ASDP dengan Rp 456 miliar, kemudian KAI hingga PT Pos Indonesia yang juga meraih keuntungan. Sementara BUMN jasa telekomunikasi yang dipimpin PT Telkom meraup laba hingga Rp 26 triliun pada 2022.

"Dari total perusahaan yang ada di grupnya Pak Tiko mungkin yang menjadi perhatian tinggal delapan perusahaan," kata Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) tersebut.

Sementara di sektor klaster di bawah Wamen BUMN Pahala, Erick mengatakan, klaster energi dan industri minerba meraih kinerja yang positif. Pun dengan sektor perkebunan yang mana PTPN dalam sejarah berdiri mampu meraih laba hingga Rp 5,5 triliun.

"Walaupun utangnya masih Rp 41 triliun, jadi bukan berarti untung langsung dividen karena dia harus mengatasi restrukturisasi, tetapi secara keuangan sangat sehat sekarang untuk PTPN," ucap pria berdarah Lampung-Majalengka tersebut.

Erick menyampaikan kinerja baik juga ditunjukkan Perum Perhutani, Pupuk Indonesia, klaster kesehatan, pertahanan, hingga manufaktur. Erick menyebut Krakatau Steel saat ini sudah sehat dan mampu membukukan laba di atas Rp 1 triliun.

Mantan presiden Inter Milan itu mengatakan, capaian apik BUMN konsolidasi juga ditunjang oleh efisiensi. Hal ini terlihat dalam penurunan rasio utang BUMN terhadap investasi yang turun dari 36,2 persen jadi 34,2 persen.

"Ada yang bilang utang naik, tapi kan ekuitasnya juga naik, ini yang kita tekanan bahwa BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas yang baik itu salah," kata Erick.

Erick mencontohkan modal BUMN pada 2022 yang mencapai Rp 3.150 triliun atau jauh lebih besar ketimbang utang yang sebesar Rp 1.640 triliun. Erick juga mendorong percepatan pembayaran utang seperti di PLN dan pembayaran utang tepat waktu.

"Salah satunya efisiensi yang ada di PLN itu bagaimana capex yang kita tekan targetnya 50 persen sudah mencapai 40 persen, itu ada perbaikan penurunan utang sampai Rp 96 triliun, jadi sekarang tinggal Rp 44 triliun," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement