REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Petani biasanya selalu kesulitan mengelola usaha mulai dari pembelian sarana produksi pertanian hingga menjual hasil pertaniannya. Di sisi lain, pengembangan usaha para petani juga berjalan sangat lambat karena sulitnya akses pinjam modal ke bank.
Menyikapi kondisi itu, startup agritech Terra Asri coba membangun aplikasi untuk memberdayakan petani dan pemangku kepentingan. Aplikasi terutama memberikan kemudahan akses pasar dan sarana produksi pertanian, informasi dan kolaborasi, serta akses modal untuk tumbuh bagi para petani.
“Tujuannya membuat usaha petani berkembang pesat,” kata Founder dan Chief Executive Officer Terra Asri Shivangi Agarwal di Bogor, Jawa Barat, Selasa, (31/1/2023)
Ia menjelaskan aplikasi mengembangkan platform online yang menghubungkan petani dengan pemangku kepentingan. Aplikasi menghubungkan petani dengan supplier sarana produksi pertanian.
“Kami telah luncurkan aplikasi itu hari ini. Peluncuran bersamaan dengan diskusi panel bertema Digitalisasi Pertanian di Indonesia yang kami gelar di Bogor hari ini,” ungkap Shivangi.
Menurutnya, industri pertanian saat ini masih terfragmentasi mulai dari hulu (upstream) hingga ke hilir (downstream). Industri yang terfragmentasi itu membuat petani kesulitan dalam mendapatkan akses informasi, sarana produksi pertanian, pasar, serta akses permodalan.
“Ini yang menjadi dasar kami mengembangkan Terra Asri," ujar Shivangi.
Dia menyebut berbagai fitur bermanfaat telah hadir dalam aplikasi yang barusan diluncurkan. Diantaranya memuat marketplace sarana produksi pertanian, informasi teknologi, akses pasar dan permodalan akan diintegrasikan.
“Semua itu dilakukan untuk membantu petani meningkatkan produksi tanaman yang berkelanjutan,” tegas Shivangi.
Dia menjelaskan, dalam aplikasi terdapat fitur akses informasi dan perkembangan di industri pertanian. Aplikasi itu dapat diunduh melalui google playstore.
Dalam tahap awal, aplikasi berfokus pada industri hulu (upstream) pertanian, meliputi marketplace untuk petani berbelanja sarana produksi pertanian serta fitur akses informasi. Kemudian terkait perkembangan di industri pertanian yang dapat dinikmati para petani.
“Aplikasi yang dikembangkan Terra Asri ini untuk tahap awal digunakan oleh para petani di Jawa Barat. Kedepannya akan bisa digunakan oleh petani di seluruh Indonesia,” tutur Shivangi. .
Vice President Operations Terra Asri Indrawan Adi Sucipto menambahkan, kedepannya Terra Asri akan mengembangkan aplikasi yang telah diluncurkan ke tahap berikutnya yaitu solusi untuk industri hilir (downstream). Tujuannya sama yaitu memberikan akses pasar serta akses permodalan untuk petani.
“Kami akan terus mengembangkan aplikasi Terra Asri ini agar bisa menjadi platform yang dapat memberikan solusi secara komprehensif di industri pertanian di Indonesia,” tutur Fadli.
Sementara Koordinator Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan Pertanian dari Kementerian Pertanian Joko Samiyono yang hadir pada peluncuran aplikasi dan diskusi panel mengemukakan digitalisasi pertanian bisa meningkatkan nilai tambah.
Namun upaya itu memang tidak mudah dan perlu banyak proses mulai dari grading dan peningkatan kualitas ketika sudah bekerja sama dengan pembeli. Kemudian bagaimana penyuluh bisa memberikan kiat-kiat untuk pertanian yang bisa mendatangkan keuntungan.
“Harapannya, aplikasi dari Terra Asri ini bisa menambah kapasitas para petani, penyuluh dan kolaborasi dengan kementerian lembaga dan swasta,” ujar Joko.
Adapun Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi Samsul Widodo berharap aplikasi yang dikembangkan Terra Asri bisa menjadi bagian dari solusi digitalisasi pangan. Hal itu karena ruang lingkup digitalisasi pangan masih luas mulai dari input produksi, industrialisasi, teknologi, pembiayaan hingga akses ke pasar.
“Kemendesa menyambut baik aplikasi ini. Kami akan membantu menyampaikan ke Pemda-Pemda dan Kelompok Tani agar mereka bisa terlibat dalam ekosistem Terra Asri,” ujar Widodo.