Selasa 31 Jan 2023 14:25 WIB

Mantan Politisi Mualaf Belanda Sebut Umat Islam Jadi Sasaran Standar Ganda

Umat Muslim telah menjadi sasaran standar ganda.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Mantan politisi Belanda dan seorang mualaf, Arnoud van Doorn, mengatakan, serangan terhadap kitab suci Alquran adalah kejahatan rasial. Dia menambahkan, umat Muslim telah menjadi sasaran standar ganda.
Foto: You Tube
Mantan politisi Belanda dan seorang mualaf, Arnoud van Doorn, mengatakan, serangan terhadap kitab suci Alquran adalah kejahatan rasial. Dia menambahkan, umat Muslim telah menjadi sasaran standar ganda.

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Mantan politisi Belanda dan seorang mualaf, Arnoud van Doorn, mengatakan, serangan terhadap kitab suci Alquran adalah kejahatan rasial. Dia menambahkan, umat Muslim telah menjadi sasaran standar ganda.

Arnoud van Doorn meninggalkan partai ekstrem sayap kanan Belanda, Freedom Party dan memeluk agama Islam. Dia  menganggap pemimpin Pegida, yang merupakan sebuah gerakan Islamofobia, Edwin Wagensveld yang merobek, menginjak, dan membakar Alquran sangat melampaui batas.

Baca Juga

Pada 23 Januari, Wagensveld merobek beberapa halaman dari salinan Alquran kemudian membakarnya. Van Doorn mengatakan, tindakan ini menyakiti dan mempermalukan umat Islam.

"Sangat aneh bahwa ini diperbolehkan, terutama pada saat polarisasi di Belanda. Negara harus menyatukan kelompok etnis daripada terus-menerus mempermalukan dan meminggirkan kelompok etnis," ujar Van Doorn, dilaporkan Middle East Monitor, Senin (30/1/2023).

Van Doorn mengatakan, ada standar ganda yang dihadapi oleh umat Muslim. Dia mencontohkan, jika ada yang membakar bendera Israel maka disebut sebagai antisemitisme. Kemudian jika ada yang membakar bendera pelangi yang merupakan lambang LGBTQ, maka dianggap sebagai ujaran kebencian.

"Itu semua provokatif, itu semua tindak pidana. Tapi jika Anda membakar Alquran, merusaknya atau mengolok-oloknya dengan cara lain, maka itu adalah kebebasan berekspresi. Dengan cara ini, Anda mengatur latar belakang etnis satu sama lain dan menciptakan kebencian," ujar Van Doorn.

Van Doorn mengatakan membiarkan penistaan Alquran di bawah perlindungan polisi akan menciptakan persepsi bahwa tindakan semacam itu dapat dilakukan "dengan sangat mudah" tanpa mendapat hukuman. Menurutnya, pemerintah harus dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak mentolerir penistaan kitab suci agama apa pun.

"Langkah selanjutnya apa? Apakah Alquran akan dibakar, jendela masjid dipecah, masjid dibakar, sekolah Islam diserang dan anak-anak Muslim dipukuli? Bagaimana batasnya?" ujarnya.

Mantan politisi Freedom Party yang juga menjadi mualaf, Joram van Klaveren,  mengatakan, menghina suatu agama di Belanda adalah tindak pidana hingga 2014. Van Klaveren menambahkan, pencegahan polisi terhadap pembakaran Taurat minggu lalu di depan Kedutaan Besar Israel di Stockholm menunjukkan bahwa izin untuk insiden semacam itu diberikan tergantung pada kitab suci agama tertentu.

 Siaran pers Komite Dialog Yahudi Belanda mengatakan pembakaran kitab suci bukanlah ekspresi opini, melainkan ekspresi kebencian. Tindakan semacam itu bertujuan untuk membuat orang saling bertentangan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement