Jumat 20 Jan 2023 12:25 WIB

Transaksi Uang Elektronik 2023 Diproyeksikan Capai Rp 495 Triliun

Pada 2022, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan kenaikan suku bunga menjadi 5,75 persen dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan, Kamis (19/1/2023). Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi uang elektronik 2023 akan terus tumbuh.
Foto: Dok. Republika
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan kenaikan suku bunga menjadi 5,75 persen dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan, Kamis (19/1/2023). Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi uang elektronik 2023 akan terus tumbuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi uang elektronik 2023 akan terus tumbuh. Nilai transaksi uang elektronik pada 2022 tumbuh 30,84 persen dibandingkan pada 2021 yang mencapai Rp 399,6 triliun.

"Nilai transaksi uang elektronik diproyeksikan meningkat 23,9 persen dibandingkan tahun lalu hingga mencapai Rp 495,2 triliun pada 2023," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan, Kamis (19/1/2022).

Baca Juga

Perry menjelaskan, nilai transaksi digital banking pada 2022 juga meningkat 28,72 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 52.545,8 triliun. Perry memproyeksikan nilai transaksi digital banking pada 2023 juga akan tumbuh hingga 22,13 persen mencapai Rp 64.175,1 triliun.

Di sisi lain, Perry mengatakan, jumlah uang kartal yang diedarkan (UYD) pada Desember 2022 juga meningkat 6,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada periode tersebut, jumlah UYD mencapai Rp 1.026,5 triliun.

Perry mengakui, pada 2022, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat ditopang oleh naiknya akseptasi dan preferensi masyarakat. Khususnya dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking.

Untuk itu, Perry memastikan Bank Indonesia terus menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. "Ini melalui penguatan kebijakan dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi," kata Perry.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement