REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malaysia telah memiliki Halal Industry Master Plan (HIMP) 2030. HIMP memuat berbagai rencana strategis Negeri Jiran tersebut guna menyadari potensi industri halal mereka.
"Di dalamnya meliputi tiga sektor utama yaitu farmasi, makanan dan minuman, serta kosmetik dan perawatan diri. Lalu tiga sektor halal berkembang seperti peralatan medis, modest fashion, dan pariwisata," ujar Chief Industry Development Officer Halal Development Corporation (HDC) Hanisofian Alias dalam Malaysia-Indonesia Halal Forum and Industry Engagement 2023 yang dipantau Republika secara virtual, Selasa (17/1/2023).
Ia menambahkan, seluruh sektor di atas sudah diidentifikasi sebagai motor penggerak pertumbuhan industri di Malaysia sampai 2030. Dirinya menambahkan, saat ini Indonesia juga dalam proses membangun Masterplan Halal, maka kedua negara bisa bekerja sama menggarap potensi industri halal yang besar.
"Sangat banyak soal industri dan ekonomi halal yang bisa dibicarakan antara kedua negara," kata dia.
Kedua negara pun telah setuju memperkuat kerja sama guna menciptakan peluang dan mengurangi hambatan. Hanisofian menyebutkan, beberapa fakta tentang Malaysia dan Indonesia. Di antaranya, kata dia, kedua negara termasuk dalam eksportir ekonomi halal tertinggi di dunia.
"Indonesia berada di posisi 10 sebagai eksportir terbesar dan nomor 2 sebagai eksportir terbesar di antara negara-negara OIC (Organisasi Kerja Sama Islam)," jelasnya. Sebelumnya, lanjut dia, Indonesia dan Malaysia pun telah berkolaborasi pada pengembangan halal.
Kolaborasi itu meliputi The Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yakni kelompok kerja pada produk-produk dan beragam layanan halal (WGHAPAS). Kemudian The Association of Southeast Asia Nations (Asean) yaitu kelompok kerja makanan halal (AWGHF).
Dirinya menambahkan, Malaysia pun sudah sejak lama mengekspor produk halal ke Indonesia. Pada 2017 nilai ekspornya sebesar 2,221.1 juta ringgit, turun 13,1 persen pada 2018 menjadi 1,929.7 juta ringgit, lalu naik 7,4 persen pada 2019 menjadi 2,071.8 juta ringgit.
Sayangnya pada 2020 turun drastis hingga 35,1 persen menjadi 1,343.6 juta ringgit. Kemudian pada 2021 kembali naik 32 persen menjadi 1,773.5 juta ringgit.