Selasa 17 Jan 2023 13:42 WIB

Tim Penyelamat Lanjutkan Pencarian Korban Jatuhnya Yeti Airlines dengan Drone

Petugas menggunakan drone dan menuruni ngarai sedalam 200 meter di Nepal barat

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Tim penyelamat pada Selasa (17/1/2023) melanjutkan pencarian korban kecelakaan pesawat Yeti Airlines di Nepal.
Foto: EPA-EFE/ BIJAYA NEUPANE
Tim penyelamat pada Selasa (17/1/2023) melanjutkan pencarian korban kecelakaan pesawat Yeti Airlines di Nepal.

REPUBLIKA.CO.ID, POKHARA -- Tim penyelamat pada Selasa (17/1/2023) melanjutkan pencarian korban kecelakaan pesawat Yeti Airlines di Nepal. Petugas menggunakan drone dan menuruni ngarai sedalam 200 meter di Nepal barat untuk mencari dua penumpang yang masih belum ditemukan.

Medan yang sulit dan cuaca buruk menghambat upaya penyelamatan di dekat Kota Pokhara. Pesawat ATR-72 milik Yeti Airlines yang membawa 72 orang jatuh di tengah cuaca cerah sebelum mendarat pada Ahad (15/1/2023).

Baca Juga

"Ada kabut tebal di sini sekarang. Kami mengirimkan personel pencarian dan penyelamatan menggunakan tali ke ngarai di mana sejumlah bagian pesawat jatuh dan terbakar," kata seorang pejabat polisi di Pokhara yang ikut dalam upaya penyelamatan, Ajay KC, kepada Reuters.

Pada Senin (16/1/2023) tim penyelamat menemukan dua jenazah sebelum pencarian dibatalkan karena cahaya memudar. "Ada anak kecil di antara penumpang. Ada yang mungkin sudah terbakar dan mungkin tidak ditemukan. Kami akan terus mencari mereka," kata KC. 

Saluran televisi menayangkan rekaman beberapa kerabat yang menangis menunggu jenazah orang yang mereka cintai di luar rumah sakit di Pokhara. Pada Senin, tim penyelamat menemukan flight data recorder dan cockpit voice recorder. Penemuan ini akan membantu penyelidik menentukan penyebab kecelakaan itu. 

Di bawah aturan penerbangan internasional, badan investigasi kecelakaan secara otomatis melibatkan negara yang memproduksi pesawat. ATR berbasis di Prancis dan mesin pesawat diproduksi di Kanada oleh Pratt & Whitney Canada. Penyelidik kecelakaan udara Prancis dan Kanada berencana untuk berpartisipasi dalam penyelidikan tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement