Selasa 17 Jan 2023 12:33 WIB

Intervensi Valas, Pendapatan Ekspor Rusia Berpotensi Menyusut

Rusia telah menggunakan dana darurat mencapai 186,5 miliar dolar AS per 1 Desember.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Rusia berencana menjual cadangan mata uang asing untuk menutup defisit anggarannya.
Foto: AP Photo/Martha Irvine
Rusia berencana menjual cadangan mata uang asing untuk menutup defisit anggarannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia berencana menjual cadangan mata uang asing untuk menutup defisit anggarannya. Analis menilai langkah tersebut dapat menyebabkan lingkaran setan yang mendorong rubel lebih tinggi dan semakin mengurangi pendapatan ekspor Rusia.

Pekan lalu, kementerian keuangan dan bank sentral Rusia mengatakan akan memulai kembali intervensi di pasar valuta asing untuk pertama kalinya dalam hampir setahun. Intervensi dilakukan dengan menjual 54,5 miliar rubel atau setara 793 juta dolar AS dari Dana Kesejahteraan Nasional. 

Baca Juga

Dilansir Reuters, penjualan dimulai pada 13 Januari 2023 dan akan berlangsung selama tiga minggu ke depan. Rubel telah naik lebih dari 4 persen terhadap dolar AS sejak rencana tersebut diumumkan, dan diperdagangkan sekitar 68 per dolar AS pada Senin lalu.

Sebelumnya, Rusia dilaporkan telah menggunakan dana darurat mencapai 186,5 miliar dolar AS per 1 Desember 2022. Dana digunakan untuk membiayai defisit anggaran yang melebar sekaligus menstabilkan ekonomi dalam menghadapi sanksi Barat yang semakin keras terhadap penjualan energi Rusia.

Rusia bergantung pada pajak ekspor dari penjualan hidrokarbon untuk mendanai pengeluaran domestiknya. Sebagaimana diketahui, pengeluaran domestik Rusia meningkat tajam untuk menutupi biaya perang Ukraina yang telah memasuki bulan ke-11.

Para analis mengatakan penjualan mata uang asing akan mendorong rubel Rusia lebih tinggi. Hal tersebut berpotensi semakin mengurangi pendapatan Rusia dalam rubel karena pendapatan dari ekspor minyak dan gas sebagian besar didasarkan pada harga patokan global yang diperdagangkan dalam dolar.

Proses itu dapat memicu siklus pendapatan ekspor yang lebih lemah, membutuhkan lebih banyak penjualan mata uang asing dan mengarah ke rubel yang lebih kuat, yang memperburuk lubang anggaran. Analis di BCS Express, Vasily Karpunin, pendapatan Rusia dari ekspor energi akan berisiko turun lebih jauh pada bulan Februari dan Maret.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement