Selasa 10 Jan 2023 14:47 WIB

UMM-Jember Realisasi Mandiri Pangan dan EBT di Enam Lokasi Strategis

Program mandiri energi dimulai dari ponpes, sekolah, dan madrasah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Fauzan, dan Bupati Jember, Hendy Siswanto mendikusikan tentang program kerja sama.
Foto: Dok. Humas UMM
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Fauzan, dan Bupati Jember, Hendy Siswanto mendikusikan tentang program kerja sama.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kerja sama Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember memasuki babak baru. Keduanya sudah menetapkan sederet lokasi yang akan dijadikan tempat pengembangan pangan organik dan energi baru terbarukan (EBT).

Bupati Jember, Hendy Siswanto menjelaskan, Jember memiliki program bernama Smart Organic Farming Renewable Energy 100 (SOFRE 100). Dalam menjalankannya, UMM memiliki peran penting terutama di bidang pangan dan kemandirian sumber daya energi.

Ada empat peran UMM dalam proses SOFRE 100. Di antaranya pendampingan sertifikasi Organik RE 100 dan pendampingan Smart Organic Farming. "Kemudian pendampingan pemasaran produk Organik RE 100 dan pendampingan pemanfaatan EBT," kata Hendy.

 

Untuk sektor pangan, Pemkab Jember berencana mendirikan pabrik pupuk organik di Kecamatan Sumbersaru. Kemudian juga melakukan kemandirian pangan di Desa Sukorejo.

 

Terkait ketahanan energi, Hendy mengatakan, ada empat wilayah yang akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Keempatya yakni desa Jambearum, Dusun Baban Timur Darungan, Dusun Karang Kebun, dan Dusun Sepuran.

 

Menurut dia, selama ini ada beberapa wilayah yang belum teraliri listrik karena lokasinya di dalam hutan. Sebab itu, dia menilai UMM bisa memberikan masukan dan pendampingan agar Jember bisa memiliki PLTMH dan PLTS.

Ia berharap ini bisa menjadi solusi strategis bagi masyarakat ke depannya. Hendy juga mengatakan, program mandiri energi Jember akan dimulai dari pondok pesantren, sekolah, dan madrasah.

Hal tersebut tentu dapat menciptakan kemandirian sekolah dalam hal EBT. Selain itu, juga bisa menjadi wahana edukasi baru dan sekaligus praktik bagi para pelajar.

Sementara itu, penanggung jawab bidang mandiri pangan dari UMM Prof Indah Prihartini menyampaikan rencana dan strategi selama lima tahun ke depan. Pada 2023, akan membentuk klaster SOFRE dan industri pendukung hulu hilir.

Kemudian 2024 pengembangan industri pendukung dan industri pengolahan berbasis SOFRE 50 dan pemasaran regional. Lalu, pada 2025 akan dilakukan pengembangan smart corporate farming sebagai industri inti berbasis RE 100 dan pemasaran nasional.

Diikuti dengan pengembangan klaster SOFRE kedua dan inisiasi sertifikasi internasional untuk pasar ekspor pada 2026. "Terakhir yakni ada pengembangan desa wisata berbasis SOFRE 100 dan brand development serta ekspor beras organik di 2027,” kata dia.

 

Pada kesempatan sama, Rektor UMM, Fauzan, berharap ada langkah nyata untuk mengeksekusi rencana kerja sama keduanya. Hal ini terutama dalam memajukan ketahanan pangan dan EBT.

Ia menegaskan akan memberikan akademisi terbaik untuk membantu memajukan Jember dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement