Senin 09 Jan 2023 16:45 WIB

Psikolog Sarankan Ada Aturan untuk Anak Saat Bermain Lato-Lato

Lato-lato dinilai bermanfaat bagi anak, tapi...

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah anak mengikuti perlombaan lato-lato di Asia Plaza Kota Tasikmalaya, Ahad (8/1/2023).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah anak mengikuti perlombaan lato-lato di Asia Plaza Kota Tasikmalaya, Ahad (8/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani turut menanggapi permainan lato-lato yang kini sedang sangat digemari. Perempuan yang biasa disapa Nina itu menyoroti ada manfaat ketika seorang anak bermain lato-lato, sekaligus kondisi yang kurang bermanfaat.

Nina menjelaskan, salah satu manfaat bermain lato-lato adalah melatih koordinasi visual motorik. Pasalnya, gerakan tangan perlu sedemikian rupa agar kedua bola bandulan lato-lato bisa berdetak. Terlebih, kalau ada gerakan lain seperti sambil berjalan atau berjongkok.

Baca Juga

Anak juga bisa terstimulasi secara auditif atau pendengaran, semisal ketika suara lato-lato bisa dibuat lebih lembut atau lebih keras. Saat bermain, anak bisa belajar fokus dan konsentrasi agar mengetuk dengan irama tertentu. Manfaat lain yakni belajar berpikir strategis, tentang cara membuat gerakan sesuai irama tertentu.

Bermain lato-lato juga memunculkan emosi senang atau rasa berhasil saat bisa memainkannya, apalagi jika berhasil mengikuti tantangan. "Bisa tergabung dalam kelompok permainan, jadi bisa lebih bersosialisasi dengan yang sama-sama bermain lato-lato, juga dapat menjadi alternatif kegiatan pengganti gadget," ungkap Nina kepada Republika.co.id, Senin (9/1/2023).

Akan tetapi, ada pula sejumlah kondisi yang kurang bermanfaat dari bermain lato-lato. Suaranya yang kencang bisa mengganggu orang, terutama bagi yang tidak menyukai bunyinya. Lato-lato pun bisa berbahaya jika sampai pecah, serta apabila terlempar saat dimainkan.

"Oleh karena itu, memang perlu ada aturan-aturan yang diberikan kepada anak saat memainkan ini. Misalnya, waktu bermain bisa disepakati di waktu-waktu yang bukan waktu belajar atau jam kerja," kata Nina yang praktik di Lembaga Psikologi Terapan UI (LPTUI) Depok, Jawa Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement