Jumat 06 Jan 2023 14:05 WIB

Erdogan: Pemimpin Turki dan Suriah akan Berkumpul

Pertemuan Pemimpin Turki dan Bashir al-Assad sebagai proses perdamaian baru

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Kamis (5/1), bahwa mungkin akan bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai bagian dari proses perdamaian baru. Rencana tersebut lahir setelah menteri pertahanan kedua negara bertemu pekan lalu.
Foto: AP Photo/Firdia Lisnawati
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Kamis (5/1), bahwa mungkin akan bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai bagian dari proses perdamaian baru. Rencana tersebut lahir setelah menteri pertahanan kedua negara bertemu pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Kamis (5/1), bahwa mungkin akan bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai bagian dari proses perdamaian baru. Rencana tersebut lahir setelah menteri pertahanan kedua negara bertemu pekan lalu.

Dalam pidatonya di Ankara, Erdogan mengatakan, langkah selanjutnya setelah pembicaraan penting antara menteri pertahanan di Moskow akan menjadi pertemuan trilateral menteri luar negeri dari Turki, Rusia, dan Suriah. Pertemuan itu dilakukan dalam upaya mengembangkan kontak lebih lanjut.

"Kami telah meluncurkan proses sebagai Rusia-Turki-Suriah. Kami akan menyatukan menteri luar negeri kami dan kemudian, tergantung pada perkembangannya, kami akan berkumpul sebagai pemimpin," kata Erdogan.

Turki telah menjadi pendukung utama oposisi Suriah selama lebih dari satu dekade perang, sementara Rusia mendukung pemerintah Suriah. Pertemuan tingkat menteri pertahanan merupakan pembicaraan tingkat tertinggi antara kedua musuh sejak perang yang dimulai pada 2011.

Konflik yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan orang terlantar ini  menarik kekuatan regional dan dunia. Perang tersebut telah memasuki dekade kedua, meskipun intensitas pertempuran lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya.

Dengan dukungan dari Rusia dan Iran, pemerintah Assad telah memulihkan sebagian besar wilayah Suriah. Pejuang oposisi yang didukung Turki masih menguasai kantong di barat laut, dan pejuang Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) juga menguasai wilayah di dekat perbatasan Turki.

AS mengatakan tidak mendukung negara-negara yang membangun kembali hubungan dengan Assad. "Kami tidak akan menormalisasi dan kami tidak mendukung negara lain menormalkan hubungan dengan rezim Assad," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam pengarahan harian.

"Kami belum melihat bahwa rezim di Damaskus ini telah melakukan sesuatu yang pantas untuk normalisasi, atau memperbaiki hubungan dengan mitra dan negara lain di seluruh dunia," ujarnya.

Seorang pejabat Turki mengatakan, menteri pertahanan Turki dan Suriah bertemu di Moskow pada 28 Desember dengan topik migrasi dan kelompok Kurdistan dalam agenda. Pemulihan hubungan Turki-Suriah tampaknya tidak terpikirkan sebelumnya dalam konflik.

Oposisi Suriah telah mendesak Turki untuk menegaskan kembali dukungannya. Ankara berusaha meyakinkan oposisi, dengan Menteri Pertahanan Hulusi Akar mengatakan, negara itu tidak akan mengambil langkah apa pun yang akan menimbulkan masalah bagi mereka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement