REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham syariah diyakini memiliki potensi yang sangat besar untuk bertumbuh di tahun 2023. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengatakan, BEI terus berupaya mengoptimalkan potensi tersebut pada tahun ini.
"Peluang pertumbuhan pasar saham syariah tentu sangat besar," katanya kepada Republika, Senin (2/1/2023).
Berkaca pada tahun lalu, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mampu mencatat pertumbuhan sebesar 15,19 persen secara year-to-date (ytd). Kinerja tersebut melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya tumbuh 4,09 persen ytd.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut Bursa akan mengajak lebih banyak Anggota Bursa (AB) untuk melengkapi layanannya dengan Syariah Online Trading System (SOTS). Menurut Jeffrey, saat ini anggota bursa yang memiliki sistem transaksi khusus tersebut baru berjumlah 17.
Pada tahun ini, Jeffrey menyempaikan, BEI membidik setidaknya dua hingga tiga AB SOTS baru. Dengan penambahan AB SOTS ini diharapkan jumlah investor saham syariah juga mengalami peningkatan.
Lebih lanjut, menurut Jeffrey, Bursa juga akan berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan pasar modal syariah agar proses pembukaan rekening efek syariah akan lebih mudah dengan dukungan teknologi.
Selain itu, sebagai acuan bagi investor Bursa juga berencana untuk meluncurkan indeks terkait syariah pada tahun ini. Belum lama ini, BEI meluncurkan Indeks IDX Sharia Growth.
Indeks ini mengukur kinerja harga 30 saham syariah yang memiliki tren pertumbuhan laba bersih dan pendapatan relatif terhadap harga dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan baik.
Saat ini terdapat lima indeks saham syariah, yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index70 (JII70), Jakarta Islamic Index (JII), Indeks IDX-MES BUMN 17, dan Indeks IDX Sharia Growth.