Ahad 01 Jan 2023 13:53 WIB

Harga Minyak Sudah Turun Terus, Apakah Pertamina akan Turunkan Harga BBM?

Kini, harga minyak dunia sudah turun 38,25 persen dari level tertinggi pada 2022.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Sejumlah pengendara mengantre untuk mengisi BBM di Jakarta, Sabtu (3/9/2022).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pengendara mengantre untuk mengisi BBM di Jakarta, Sabtu (3/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, Pertamina akan mengumumkan kebijakan penyesuaian harga BBM nonsubsidi pada Ahad (1/1/2023) sore. Evaluasi harga BBM nonsubsidi dapat dilakukan Pertamina setiap bulan dengan menyesuaikan sejumlah faktor yang berpengaruh antara lain harga minyak dunia, kurs rupiah terhadap dolar AS, dan tingkat inflasi. 

Pada tahun lalu, harga minyak dunia menjalani periode roller coaster alias naik dan turun yang drastis. Pemicu naiknya harga adalah pengetatan suplai akibat perang di Ukraina tapi kemudian berangsur turun akibat pelemahan permintaan dari Cina dan kekhawatiran kontraksi ekonomi. 

Mengutip data Reuters, harga minyak dunia untuk jenis Brent sempat menembus level 139,13 dolar AS per barel pada tahun lalu. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak 2008. Kendati demikian, amukan harga minyak mereda dan turun terutama pada semester II 2022.

Harga minyak mentah Brent pada perdagangan Jumat (30/12/2022) atau hari terakhir perdagangan pada tahun lalu bertengger di level 85,91 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dibanderol 80,26 dolar AS per barel. 

 

Secara setahun penuh, harga Brent sejatinya naik sebesar 10 persen pada 2022. Angka itu melanjutkan kenaikan harga sebesar 50 persen pada 2021. Seperti diketahui, harga minyak mentah sempat anjlok drastis pada awal pandemi Covid-19.

Kondisi lonjakan harga minyak pun berdampak ke Indonesia. Selain kenaikan harga BBM nonsubsidi, pemerintah pun memutuskan menaikkan harga BBM Pertalite dan Solar pada September 2022.

Meski begitu, jika dibanding pada level harga tertinggi pada 2022, kini harga minyak dunia sudah turun 38,25 persen. 

Survei yang dilakukan Reuters terhadap 30 ekonom dan analis memperkirakan, rata-rata harga Brent pada 2023 akan mencapai 89,37 dolar AS per barel. Angka itu 4,6 persen dibanding prediksi konsensus pada November 2022.

Analis pasar dari CMC Leon Li menyampaikan, harga minyak akan tertekan ke bawah oleh penurunan konsumsi BBM sejalan dengan lesunya aktivitas ekonomi. Hal ini juga sejalan dengan penurunan harga minyak pada semester II 2022 yang disebabkan kenaikan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve untuk melawan inflasi.

Harga minyak globalnya sudah turun, jadi, apakah Pertamina akan turunkan harga BBM?

Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, Pertamina kemungkinan besar akan melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Fahmy menyebut, kondisi harga pasar dunia memperkuat hal tersebut. 

"Untuk harga Pertamax ke atas sangat mungkin bagi Pertamina menurunkan harga BBM tersebut. Pasalnya, harga Pertamax ke atas ditetapkan berdasarkan harga pasar," ujar Fahmy saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (1/1/2023).

Fahmy mengatakan, tiga faktor utama yang digunakan Pertamina dalam menetapkan harga BBM jenis Pertamax ke atas ialah harga minyak dunia, inflasi, dan kurs rupiah terhadap dolar AS. Fahmy menyampaikan, kondisi harga minyak dunia kini cenderung turun dan inflasi rendah.

"Sangat memungkinkan bagi Pertamina untuk menurunkan harga Pertamax ke atas. Tapi tidak untuk harga Pertalite dan Solar karena penetapan harga Pertalite dan Solar ditetapkan oleh pemerintah," ucap Fahmy. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement