Jumat 30 Dec 2022 20:47 WIB

Potensi Wirausaha Santri Harus Terus Dikembangkan

Di wilayah Jateng ada lebih 400 pondok pesantren besar.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat menghadiri Acara  Santripreneur Award oleh Muslim Trade Center (MTC) Jawa tengah, di Balai Kota Semarang, Jumat (30/12).
Foto: Dokumen
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat menghadiri Acara Santripreneur Award oleh Muslim Trade Center (MTC) Jawa tengah, di Balai Kota Semarang, Jumat (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Lingkungan pondok pesantren (ponpes) bisa menjadi salah satu kekuatan dalam menopang perekonomian di Jawa Tengah. Melalui program santripreneur, maka ponpes akan bisa melahirkan para santri yang memiliki kemampuan berwirausaha.

Setidaknya ini bisa dibuktikan melalui kegiatan ‘Santripreneur Award’ yang diselenggarakan oleh Muslim Trade Centre (MTC) Jateng. Yakni sebuah gerakan untuk melatih dan membina kemampuan kewirausahaan santri dari berbagai ponpes di Jateng.

“Hari ini, saya menghadiri pembukaan acara, bahwa santri tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga mampu dan cakap berwirausaha,” ungkap Wakil Gubernur (Wagub) Jateng, Taj Yasin Maimoen, saat menghadiri pembukaan Santripreneur Award oleh MTC, di Balai Kota Semarang, Jumat (30/12/2022).

Wagub mengapresiasi program yang diinisiasi MTC ini. Menurutnya potensi santri dalam bidang wirausaha perlu terus dikembangkan dan terus diperluas agar santri memiliki peluang berwirausaha serta mampu menyokong peningkatan perekonomian di Jateng.

Harapannya para santri nantinya mampu membuka peluang usaha, baik itu untuk untuk dirinya sendiri maupun untuk memberdayakan ekonomi di pondok- pondok pesantren. “Sehingga lingkungan pondok pesantren akan diajak untuk mendatangkan pemasukan,” jelasnya.

Melalui Santripreneur Award, para santri yang ada di berbagai daerah di Jateng akan mendapat pelatihan dan pendampingan dari pemerintah daerah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), bahkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Demikian pula kalangan perbankan seperti Bank Indonesia (BI), Bank Syariah Indonesia (BSI), maupun stakeholder terkait lainnya. Para santri tidak hanya dilatih membuat beragam produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bermutu dan berkualitas.

Tetapi juga diberikan pendampingan agar usahanya terus berkelanjutan. “Selain dilatih, santri juga didampingi. Kemudian dari perbankan juga akan mengolaborasikan dengan lembaga keuangan untuk mengakses modal, baik itu lewat CSR atau pinjaman lunaknya,” jelas Taj Yasin.

Masih menurut wagub, Santripreneur Award sebagai salah satu bentuk pemberdayaan santri, karena tidak semua lulusan ponpes harus menjadi ustaz atau ustazah. Terlebih setiap tahun ada banyak santri yang telah menamatkan pendidikannya di ponpes.

Sehingga diharapkan alumni ponpes juga ada yang menjadi pengusaha, gubernur, wakil gubernur, pegawai pemerintah, dan mampu berkarya di sektor-sektor lainnya.

Apabila satu ponpes terdiri dari 200 santri dan ditambah para alumni ponpes, maka akan menjadi potensi besar untuk membangkitkan ekonomi Indonesia, termasuk juga perekonomian di Jateng.

Terlebih di wilayah Jateng ada lebih dari 400 pondok pesantren besar. “Jika semua mampu mengimplementasikan kampanye ‘Cinta Produk Dalam Negeri’ dan ‘Cintailah Produk Santri’. “Maka ekonomi yang berbasis pesantren akan terus berkembang dan meningkat,” tegas Taj Yasin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement