Selasa 13 Dec 2022 12:34 WIB

BI: Lima Langkah Penting untuk Digitalisasi Indonesia

Saat ini BI tengah menjajaki teknologi yang digunakan untuk Rupiah Digital.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Gubernur bank sentral Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan implementasi berbagai inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia  (BSPI) 2025 telah dilakukan sehingga begitu cepat mendigitalkan ekonomi Indonesia.
Foto: AP/Patrick Semansky
Gubernur bank sentral Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan implementasi berbagai inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 telah dilakukan sehingga begitu cepat mendigitalkan ekonomi Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mengapresiasi regulator, asosiasi, dan industri atas sinerginya dalam digitalisasi nasional. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan implementasi berbagai inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia  (BSPI) 2025 telah dilakukan sehingga begitu cepat mendigitalkan ekonomi Indonesia.

"Atas hal tersebut, dalam Presidensi G20 2022, dunia telah mengakui transformasi digital Indonesia," katanya, Selasa (13/12/2022).

Baca Juga

Dalam Presidensi tersebut, terdapat kesepakatan cross border payment, sehingga diperkirakan enam tahun ke depan pembayaran antar negara akan semakin erat, cepat, murah dan aman. Selain itu, telah disepakati desain konseptual untuk Central Bank Digital Currency (CDBC) untuk mendorong transaksi cross border serta inklusi keuangan yang mendukung UMKM, kaum muda dan perempuan.

"Hal yang terpenting dalam digitalisasi adalah aktivitas, risiko, dan regulasi serta supervisi," kata Perry.

Lebih lanjut, ia menegaskan lima langkah penting untuk mendigitalisasi Indonesia. Pertama, satu bahasa layanan pembayaran dan jasa keuangan melalui QRIS yang telah mencapai 30 juta pengguna, Standar Nasional Open API (SNAP) dengan 87 jenis servis yang akan terus diperluas, dan pengaturan data yang mencakup data publik, data kontraktual, dan data privat.

Kedua, satu bangsa melalui pengaturan konsolidasi industri jasa pembayaran yang berbasis klaster sehingga terbangun kolaborasi dalam ekosistem pembayaran bank dan non bank untuk berkompetisi secara global. Ketiga, satu nusa melalui 3i yaitu  interkoneksi, interoperabilitas dan integrasi antara lain pada pasar uang dan operasi moneter, BI-FAST dengan RTGS dan GPN.

Keempat, Pembentukan market conduct dan pricing policy untuk persaingan industri sehat. Kelima, Digital rupiah yang akan mencakup penerbitan, pemusnahan dan transfer antar bank.

"Saat ini BI tengah menjajaki teknologi yang digunakan untuk Rupiah Digital," katanya.

Ke depan Rupiah Digital dapat diimplementasikan pada Operasi Moneter (OM) dan Pasar Uang. Tidak menutup kemungkinan pelaku sistem pembayaran kritikal akan menjadi wholesaler untuk Rupiah Digital ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement