REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Riau Kepri Syariah (Perseroda) memantapkan langkah untuk menjadi bank nasional. Direktur Utama PT BRK Syariah, Andi Buchari mengatakan, setelah resmi konversi menjadi Bank Umum Syariah (BUS), BRK punya misi untuk ekspansi lebih luas lagi.
"BRK Syariah saat ini sudah menjadi BUS nomor tiga terbesar setelah Bank Syariah Indonesia dan Bank Muamalat, kita memang ingin bank nasional," katanya saat silaturahim ke Kantor Republika.co.id, Senin (21/11/2022).
BRK Syariah telah memiliki 174 kantor di Riau Kepri dan Jakarta. Digitalisasi akan menjadi salah satu fokus pengembangan tahun depan sehingga dapat mendukung target tersebut.
Digitalisasi digencarkan untuk produk dan layanan sehingga mendukung transformasi digital di daerah. Untuk konsumen, BRK Syariah akan meningkatkan kapasitas dari mobile banking, termasuk untuk proses onboarding, selain itu juga untuk peningkatan layanan cash management system, virtual account, dan lainnya.
Andi mengatakan, pengembangan layanan juga dilakukan dengan kolaborasi menggandeng berbagai stakeholder strategis, seperti dalam pengembangan BI-Fast. Menurutnya, pengembangan digital tidak selalu untuk membangun sendiri melainkan dengan sinergi.
"Kita sangat mengandalkan sharing karena itu juga inti dari syariah, berbagi dan berjamaah, penguatan untuk kolaborasi sehingga bisa lebih efisien," katanya.
Secara bisnis, BRK Syariah juga terus meningkatkan kapasitas setelah konvensi agar dapat melayani masyarakat lebih luas. Tiga hal harus dicapai setelah konversi yakni realisasi pertumbuhan kinerja meski proses konversi dilakukan di tengah pandemi, perbaikan kultur perusahaan, hingga peningkatan kompetensi SDM.
"Memang tiga hal yang menantang dari konversi ini, dari kompetensi SDM, IT, dan kultur," katanya.
Hingga akhir tahun, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan diproyeksi tumbuh sekitar 6,5-7 persen. Pembiayaan ditargetkan 6,5 persen dengan kualitas terjaga, NPF 2,7 persen dan nett satu persen. Pembiayaan untuk kedepan juga akan secara proporsional mendorong konsumer, UMKM, dan wholesale.
Konsumer tetap menjadi kontributor utama dengan porsi sekitar 60 persen dari basis ASN untuk produk pembiayaan perumahan, gadai, dan lainnya. Untuk UMKM sudah melebihi 30 persen dan sisanya komersil atau wholesale.
"Kita ingin dorong yang produktif, seperti UMKM itu kita tumbuhnya tinggi sekali hingga sekitar 30 persen, tahun depan juga terus kita dorong," katanya.
BRK Syariah mendorong sektor mikro hingga ultra mikro yang dibutuhkan masyarakat untuk bangkit dari pandemi. Kredit Usaha Rakyat Syariah dengan kuota Rp 1,2 triliun juga sudah tercapai dan akan ditambah.
Sementara untuk komersil mayoritas didorong melalui sindikasi, seperti untuk mendukung pembangunan infrastruktur daerah. Andi mengatakan, komersil tetap didorong meski tetap harus prudent dengan kompetisi yang cukup tinggi.
"Kita juga ingin terus dorong fee based income dan juga devisa, karena kita sudah ditetapkan jadi bank devisa, dan potensi ekspornya juga sangat besar di wilayah," katanya.
Jumlah kunjungan semakin meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi. Potensi dari trade finance, transaksi money changer, dan lainnya. Untuk tahun depan, BRK Syariah menargetkan pertumbuhan hingga 7,5 persen.
Pemimpin BRK Syariah Jakarta, Syahrul mengatakan saat ini, BRK Syariah telah memiliki cabang di Jakarta dengan aset sekitar Rp 4,9 triliun. Tahun depan, BRK Syariah akan menambahkan modal dan menargetkan pertumbuhan yang cukup besar untuk berkontribusi lebih baik lagi. Aset BRK Syariah secara total sekitar Rp 32 triliun.