REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan stok beras nasional dalam kondisi aman hingga akhir tahun mendatang. Cadangan Beras Nasional totalnya mencapai lebih dari 8 juta ton yang rinciannya tersebar di penggilingan, pedagang dan paling besar di rumah tangga. Demikian disampaikan Direktur Serelia Ditjen Kementan, Ismail Wahab, Jumat, 18 November 2022 sore.
"Kenapa banyak di rumah tangga? karena kita tahu BLT (bantuan langsung tunai) itu juga langsung ke rumah tangga. Jadi distribusinya banyak di rumah tangga produsen dan rumah tangga konsumen," ujar Ismail.
Ismail memastikan pasokan beras tetap dalam kondisi normal bahkan stabil karena para petani mulai panen dan di sejumlah sentra bersiap melakukan panen raya. Dia menyebut, luas panen padi tahun ini mencapai 10,61 juta hektare dengan produktivitas rata-rata 5,2 ton per hektare.
"Data ini bukan data dari kami, itu data dari hasil survei kami dengan beberapa pihak seperti BPS dan Bapanas kemudian dievaluasi oleh tim pakar statistik dan dirilis sebagai hasil survei cadangan beras nasional," katanya.
Adapun mengenai tingginya harga beras saat ini disebabkan faktor tahunan, dimana setiap Desember-Januari pasti mengalami kenaikan karena bukan pada posisi puncak panen. Belum lagi adanya kenaikan bahan bakar minyak, upah buruh tani dan juga kenaikan pupuk dunia. "Tapi Februari-Maret mendatang harganya akan kembali normal karena kita masuk pada panen raya," katanya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menambahkan Indonesia sejak 3 tahun terakhir sudah tidak melakukan impor beras umum. Apalagi produktivitas padi Indonesia di Asia Tenggara berada pada nomor 2 setelah Vietnam.
"Setiap tahun kita surplus beras dan harga relatif stabil. Hasil survei cadangan beras nasional oleh BPS pada April 2022 sebesar 10,15 juta ton. Itu artinya sangat aman untuk kebutuhan nasional sampai akhir tahun," jelasnya.
Kuntoro memastikan kenaikan harga beras tidak terkait dengan pasokan dan jumlah stok di lapangan mengingat pasokan saat ini dalam kondisi normal. "Ada sedikit pergeseran musim panen karena musim tanam bergeser maju di Bulan Agustus, karena kemarau basah. Tapi kami melihat tidak ada sesuatu yang tidak normal. Kalaupun terjadi peningkatan harga beras karena memang disetiap akhir tahun di Bulan Desember sampai Januari harga beras relatif naik mengingat bukan masa panen raya," jelasnya.