Sabtu 12 Nov 2022 01:15 WIB

BI: Ekonomi Digital RI Akan Capai 30 Persen PDB pada 2030

Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum keunggulan bonus demografi.

Warga mengunjungi stan pameran saat kegiatan Bali Digital Fest 2022 di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan Ekonomi Keuangan Digital (EKD) Indonesia akan mencapai 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2030 nanti.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warga mengunjungi stan pameran saat kegiatan Bali Digital Fest 2022 di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan Ekonomi Keuangan Digital (EKD) Indonesia akan mencapai 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2030 nanti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan Ekonomi Keuangan Digital (EKD) Indonesia akan mencapai 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2030 nanti.

Dalam acara 4th Indonesia Fintech Summit 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (11/11/2022), dia menyampaikan nilai EKD Indonesia akan mencapai 360 miliar dolar AS pada 2030 nanti, yang mana PDB nasional saat ini berada di kisaran 1 triliun dolar AS.

Baca Juga

"Di tahun 2030 sizenya sekitar 360 miliar dolar AS untuk Ekonomi Keuangan Digital (EKD), dan kalau kita lihat PDB kita sekarang sekitar 1 triliun dolar AS, artinya udah 30 persen lebih ekonomi kita base on EKD," kata Destry

Dengan demikian, menurut dia, target inklusivitas ekonomi nasional juga akan tercapai dengan lebih cepat. "Kita bersyukur aspek positif dari adanya pandemi Covid-19, mempercepat proses digitalisasi di Indonesia," kata Destry

Dia mengatakan Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum keunggulan bonus demografi yang ada untuk mendorong pertumbuhan EKD nasional, yang mana generasi muda usia produktif tentunya lebih familiar dengan teknologi.

"Saya rasa Indonesia dengan 273 juta jiwa, mayoritas adalah usia muda, usia dimana mereka familiar dengan teknologi, akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih kuat dan resilien karena menyentuh masyarakat dan unit yang di bawah juga," kata Destry.

Dalam kesempatan ini, dia mengingatkan ekonomi nasional harus terintegrasi antara ekonomi digital dengan keuangan digital, agar tidak terjadi shadow banking, dimana pergerakan cepat keuangan digital, seperti fintech (financial technology), tidak diimbangi dengan ekonomi digital.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement