Jumat 11 Nov 2022 05:52 WIB

Menunaikan Amanat Menyejahterakan Umat

UMKM menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi Indonesia.

Rep: Fuji Pratiwi / Red: Gita Amanda
Karyawan menata produk UMKM yang berada di BSI UMKM Center Surabaya, (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menata produk UMKM yang berada di BSI UMKM Center Surabaya, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebatang lidi tidak akan berarti. Lidi-lidi yang berkumpul dan diikat kuat akan lebih bermanfaat. Seperti lidi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), juga kurang bertenaga kalau bergerak sendiri.

Hal itu yang agaknya juga dilihat Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi menekankan pentingnya kolaborasi UMKM dengan usaha besar untuk membangun Indonesia incorporated.

Baca Juga

"Kuncinya, kita semua harus kompak. Yang besar, yang menengah, yang kecil, bekerja sama, berkolaborasi bersama," kata Jokowi saat peluncuran Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas di Gedung SMESCO, Jakarta, awal Oktober 2022.

Menurut dia, pemerintah tidak mungkin bisa memberikan pendampingan dan pembinaan secara cepat kepada UMKM. Karena itu, butuh kerja sama dan kemitraan dengan swasta.

 

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menunjukkan upaya mewujudkan amanat adiluhung itu. Menutup 2021, BSI mengintegrasikan ekosistem untuk UMKM dengan menghadirkan BSI UMKM Center di Aceh. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan, di BSI UMKM Center, pelaku UMKM bisa mendapatkan pelatihan, akses pemasaran, dan pengembangan bisnis seperti modernisasi pemasaran secara digital.

"BSI UMKM Center sebagai dukungan pengembangan UMKM. BSI dan UMKM tidak bisa dipisahkan, BSI dan UMKM itu senafas dan seirama," ujar Herry.

Medio Juni 2022, BSI UMKM Center kedua hadir di Yogyakarta. Sebulan berselang, BSI UMKM Center ketiga juga hadir di Surabaya, Jawa Timur. Jumlah UMKM yang dibina di ketiga BSI UMKM Center sekitar 1.037 UMKM.

Visi besar BSI untuk mendukung pengembangan pelaku UMKM beralasan kuat. Hery mengungkapkan, UMKM menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19.

Kementerian Koperasi dan UKM mendata, jumlah UMKM mencapai 64,2 juta unit dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07 persen atau senilai Rp 8.573,89 triliun. Sektor UMKM juga mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,42 persen dari total investasi di Indonesia. 

"Bayangkan jumlah UMKM itu digabung dengan potensi bantuan pengembangan dari BSI dan dampaknya untuk kemaslahatan masyarakat," ujar Hery.

Sepanjang 2021, pembiayaan segmen UMKM BSI mencapai Rp 38,3 triliun atau sekitar 23 persen dari total penyaluran pembiayaan. Pada kuartal III 2022, pembiayaan UMKM mencapai Rp 39,4 triliun atau 23,05 persen dari total pembiayaan BSI.

Selain itu, seiring dorongan pemerintah agar UMKM go digital, BSI juga meluncurkan Salam Digital. Platform ini berisi informasi produk pembiayaan mikro kredit usaha rakyat (KUR) dan BSI Usaha Mikro (non-KUR) serta formulir pengajuan pembiayaan mikro BSI yang terhubung dengan kantor cabang BSI di seluruh Indonesia.

Direktur Retail BSI Ngatari mengatakan, kehadiran portal Salam Digital akan membawa nilai-nilai modernitas dan digital dalam penyediaan pembiayaan. Per 30 September 2022, portofolio pembiayaan outstanding segmen mikro sebesar Rp 18,1 triliun dan tumbuh 37,32 persen (yoy).

"Kita semua berharap portal Salam Digital dapat mendukung perkembangan UMKM melalui kemudahan akses permodalan. Pada akhirnya, ini dapat memberikan dampak positif terhadap kebangkitan ekonomi umat dan perekonomian Indonesia," ujar Ngatari.

photo
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi (kiri) bersama Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak (dua kiri) melihat produk UMKM yang berada di BSI UMKM Center Surabaya saat peresmiannya di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. - (Prayogi/Republika.)

 

Menjangkau akar rumput

Selain mengembangkan UMKM di lini keuangan komersial, BSI juga turut mengembangkan UMKM di lini keuangan sosial bersama mitra strategis dalam pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) yakni BSI Maslahat. Segmen yang disasar antara lain mahasiswa dan pengusaha dhuafa.

BSI Maslahat yang dulu bernama Laznas Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSMU), sejak 2018 memiliki Program Beasiswa Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP). Sejak ISDP berjalan, ada 130 penerima manfaat yang berasal dari tujuh universitas di Tanah Air. Sebanyak 59 orang di antaranya berhasil mempertahankan bisnis dan telah menyerap 211 tenaga kerja.

Pada April 2022, ISDP pun kembali dibuka dan menargetkan bisa merambah 50 kampus sepanjang tahun ini. Direktur Eksekutif BSI Maslahat Sukoriyanto Saputro berharap para awardee dan alumni program ISDP 2022 dapat mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).

"Semoga Program ISDP 2022 bisa sejalan dengan program BSI dan pemerintah mendukung tumbuh kembang UMKM," kata Sukoriyanto.

Sesuai visi ISDP 2022, BSI Maslahat bersama dengan BSI berupaya membentuk serta mendukung berkembangnya wirausaha sosial yang berwawasan Islam di Indonesia. Dalam program ini, BSI Maslahat mencari, mendidik, dan membina bukan hanya entrepreneur yang menargetkan keuntungan bisnis semata, tetapi juga berwawasan dan berketerampilan, serta memberi dampak kepada masyarakat serta lingkungan.

BSI dan BSI Maslahat juga ikut dalam pengembangan wakaf melalui Bank Wakaf Mikro (BWM). Pada Maret 2022 lalu, BSI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meresmikan BWM pertama di DKI Jakarta di Pesantren Modern Pondok Karya Pembangunan (PKP).

Gerakan ekonomi umat di level akar rumput itu sudah OJK gulirkan sejak 2017 lalu. Hingga November 2022, ada 62 unit BWM di seluruh Indonesia dengan penyaluran pembiayaan kumulatif Rp 105,2 miliar.

BWM membuka akses pembiayaa mikro mulai dari Rp 1 juta. Sistem yang digunakan adalah tanggung renteng dimana nasabah harus bergabung dalam kelompok usaha masyarakat sekitar pesantren Indonesia (Kumpi).

Direktur Utama BSI Hery Gunardi berharap BWM di pesantren mampu memberi dampak ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat sekitarnya. "BSI berkomitmen untuk bersama UMKM agar mereka bisa naik kelas dan meningkatkan usahanya," kata Hery.

Presiden Joko Widodo ikut bersyukur dengan hadirnya BWM. Dengan menjangkau segmen pengusaha dhuafa di level ultramikro, BWM ikut menolong pelaku usaha ultramikro dari godaan rentenir. Apalagi, pembiayaan BWM tak mensyaratkan adanya jaminan.

"Jangan sampai pinjamnya ke rentenir, hati-hati. Sekarang sudah ada bank wakaf mikro supaya usaha yang kecil-kecil gampang cari modal," ujar Jokowi di berbagai kesempatan bertemu nasabah BWM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement