Jumat 28 Oct 2022 23:43 WIB

Percepat Digitalisasi, Klinik Pintar Jalin Kerja Sama dengan PB IDI

Kerja sama IDI dan Klinik Pintar demi tingkatkan adopsi rekam medis elektronik

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengembang aplikasi Klinik Pintar menggandeng dan memperkuat kerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Adapun tujuan kerja sama ini untuk mempercepat digitalisasi klinik dan praktik mandiri dalam meningkatkan adopsi rekam medis elektronik (RME).
Foto: www.freepik.com.
Pengembang aplikasi Klinik Pintar menggandeng dan memperkuat kerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Adapun tujuan kerja sama ini untuk mempercepat digitalisasi klinik dan praktik mandiri dalam meningkatkan adopsi rekam medis elektronik (RME).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembang aplikasi Klinik Pintar menggandeng dan memperkuat kerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Adapun tujuan kerja sama ini untuk mempercepat digitalisasi klinik dan praktik mandiri dalam meningkatkan adopsi rekam medis elektronik (RME).

CEO Klinik Pintar Harya Bimo mengatakan pihaknya menyadari yang paling membutuhkan dukungan dalam penerapan digitalisasi dan adopsi RME merupakan sektor pelayanan kesehatan primer

“Kerja sama dengan PB IDI dapat bersama-sama memberikan dukungan yang menyeluruh bagi klinik dan praktik dokter mandiri untuk segera beralih ke sistem digital,” ujarnya, Jumat (28/10/2022).

Meskipun jumlah dan potensinya sangat besar, menurutnya klinik dan praktik dokter mandiri punya banyak keterbatasan dalam melakukan implementasi sistem digital.“Maka dari itu Klinik Pintar tidak hanya menyediakan aplikasi klinik termasuk RME, tapi juga memberikan dukungan operasional mulai dari edukasi sampai dengan dukungan rantai pasok dan kerja sama operasional klinik. Semua ini kami berikan kepada mitra kami agar mereka dapat lebih fokus untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien.” tuturnya.

Sementara itu Chief of Medical Klinik Pintar Eko Nugroho menambahkan saat ini pemerintah butuh bantuan dari banyak stakeholders, termasuk dari pihak swasta untuk membantu merealisasikan target digitalisasi 100 persen fasyankes pada 2024. Baik di rumah sakit maupun di klinik, tantangan terbesar dari transformasi adalah bagaimana agar dokter dan tenaga medis dapat menggunakan sistem digital dalam kesehariannya.

“Jadi mulai dari penjadwalan dokter, pendaftaran online, RME, transaksi, pelaporan, sampai pembelian dan pengelolaan stok obat-obatan dan bahan habis pakai semua dapat dikelola dengan lebih efisien dan tidak membebani biaya kepada mitra kami,” ucapnya.

Selain itu, Klinik Pintar juga mengadakan kerja sama operasional sehingga mitra klinik dapat mengembangkan usahanya di dalam jaringan klinik yang dikelola oleh Klinik Pintar. Adapun kerja sama operasional tersebut, Klinik Pintar akan melakukan standarisasi fasilitas, operasional, dan layanannya.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Ulul Albab menambahkan kemitraan klinik dan praktik dokter mandiri dengan healthtech memiliki banyak dampak positif, terlebih dengan momen transisi ke RME.

“Kami sebagai organisasi kesejawatan ingin memberikan value berupa dukungan digitalisasi dan pengembangan usaha yang berujung pada meningkatkan kesejahteraan anggota kami,” ucapnya.

Dia berharap kerja sama dengan Klinik Pintar selain dapat mendukung percepatan upaya digitalisasi tetapi juga meningkatkan standar pelayanan, sehingga klinik dan praktek dokter mandiri di Indonesia dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Menurutnya IDI berperan untuk menetapkan standar operasional dan pelayanan yang baik termasuk penggunaan sistem digital dalam pengelolaan klinik.

“Peran ini nantinya akan dilaksanakan dan dimonitor oleh Pengurus Cabang IDI seluruh Indonesia sehingga benefitnya dapat dirasakan sampai ke klinik dan praktik dokter mandiri yang dimiliki oleh anggota kami di Indonesia,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement