Rabu 19 Oct 2022 15:54 WIB

Waspada Bencana Hidrometeorologis, Upaya Antisipasi Harus Dioptimalkan

Hujan intensitas tinggi bisa turun deras sewaktu-waktu.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Deretan permukiman padat penduduk bantaran Sungai Ciliwung yang terendam banjir di Jakarta, Senin (10/10/2022). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat hingga Senin (10/10) pukul 09.00 WIB sebanyak 68 RT di Jakarta terendam banjir akibat luapan Sungai Ciliwung.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Deretan permukiman padat penduduk bantaran Sungai Ciliwung yang terendam banjir di Jakarta, Senin (10/10/2022). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat hingga Senin (10/10) pukul 09.00 WIB sebanyak 68 RT di Jakarta terendam banjir akibat luapan Sungai Ciliwung.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Memasuki musim penghujan, beberapa daerah dilanda banjir dan longsor akibat tinggi curah hujan perkotaan maupun hulu sungai. Belum lama ini, seorang mahasiswi di Bogor hanyut masuk gorong-gorong saat banjir menggenangi Kota Bogor, Jawa Barat.

Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, Dr Muhammad Anggri Setiawan mengatakan, tinggi curah hujan ini patut diwaspadai dengan serius. Untuk menghindari jatuh korban jiwa akibat bencana banjir dan longsor di semua wilayah Indonesia.

Anggri mengingatkan, ada kemungkinan periode ini mengalami triple dip La Nina. Sudah dimulai sejak 2020 dan pada 2022 ini. Musim hujan cenderung lebih awal, sehingga kewaspadaan lebih ditingkatkan untuk bencana hidrometeorologis.

"Seperti banjir luapan sungai, banjir bandang, longsor, angin kencang di semua wilayah Indonesia," kata Anggri, Rabu (19/10/2022).

Kenaikan curah hujan baik di hulu sungai atau tingginya curah hujan di perkotaan tetap bisa berisiko menyebabkan banjir. Maka, menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk pemangku kepentingan dan warga masyarakat yang berisiko terkena dampak.

Ia menekankan, bencana merupakan tanggung jawab semua pihak. Seluruh satuan kerja pemda yang dikoordinasi oleh BPBD harus mengaktifkan rencana kontingensi yang sudah disusun, khususnya untuk tahapan situasi siaga dan tanggap darurat.

Anggri menerangkan, bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir sudah seharusnya memiliki skenario terburuk dengan langkah kesiapsiagaan penyelamatan jiwa. Khususnya, keluarga yang rentan dengan upaya-upaya pengamanan dokumen.

Kemudian, selalu berkomunikasi dengan komunitas lingkungan sekitar dalam rangka pengurangan risiko. Terkait upaya-upaya untuk mengantisipasi banjir, dapat pula dilakukan pemda jauh hari lewat perbaikan drainase dan pengerukan dasar sungai.

Menurut Anggri, pengerukan sungai, pembersihan drainase jangan dilakukan dalam kondisi siaga darurat seperti sekarang ini. Sebab, debit aliran sungai sedang tinggi saat ini dan hujan intensitas tinggi bisa turun deras sewaktu-waktu.

Selain bencana banjir, kata Anggri, warga masyarakat perlu mewaspadai bencana longsor yang bisa mengintai bagi penduduk yang tinggal di sekitar tebing. Untuk mencegah terjadinya korban, maka perlu ada edukasi, imbauan dan deteksi dini.

Terutama, daerah-daerah yang dianggap rawan longsor ketika hujan lebat. Anggri menambahkan, setiap pemda seharusnya sudah memiliki pemahaman lokal, dokumen kajian risiko bencana, desa tangguh bencana, dan berbagai instrumen lainnya.

"Saatnya saling mengingatkan dan mengaktifkan semua komponen tersebut. Jangan sampai menunggu korban," ujar Anggri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement