Senin 17 Oct 2022 15:31 WIB

Wamen BUMN Sebut Nasib Peduli Lindungi Sedang Didiskusikan

Aplikasi Peduli Lindungi telah di-download oleh 95 juta orang selama Covid-19.

Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo.
Foto: Prayogi/Republika.
Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo menyebut sedang mendiskusikan pengembangan penggunaan aplikasi Peduli Lindungi setelah Covid-19. Aplikasi Peduli Lindungi telah di-download oleh 95 juta orang selama Covid-19 yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan pelacakan dan penelusuran penyebaran virus Covid-19.

"Kami sedang berbicara dengan kementerian lain, bagaimana untuk benar-benar menggunakan Peduli Lindungi post Covid-19. Apakah dapat digunakan untuk alat menyalurkan subsidi dari pemerintah kepada masyarakat atau kegunaan lain," katanya dalam SOE International Conference, Senin (17/10/2022).

Baca Juga

Pada tahun terakhir Covid-19 ini, banyak orang yang jatuh sakit dan mereka didiagnosa positif Covid-19. Kemudian, mereka dapat melakukan pemeriksaan melalui telemedicine dari rumah dan obat mereka dapat diantar langsung ke rumah.

Aplikasi Peduli Lindungi membuat masyarakat menyadari bahwa mereka tidak selalu perlu datang langsung ke dokter untuk memeriksakan kesehatan diri atau mendapatkan obat, karena keduanya dapat dilakukan melalui platform online. Di sisi lain, selama pandemi Covid-19, pemerintah juga mendigitalisasi sektor keuangan seperti perbankan yang harus tetap melayani nasabah meskipun tanpa tatap wajah secara langsung.

 

Ia mencontohkan, Bank Mandiri yang memiliki 35 juta nasabah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dimana hingga 90 persen dari total nasabah tersebut masih melakukan transaksi secara langsung sebelum pandemi Covid-19. "Kami harus mengedukasi mereka untuk mulai mengadopsi fasilitas mereka sehingga mereka tetap dapat mengurus utang mereka ataupun mengakses utang baru melalui platform online," katanya.

Pada saat yang sama, utang 3,3 juta nasabah dengan nilai mencapai Rp 260 triliun juga direstrukturisasi melalui platform digital di tengah pandemi. Masyarakat pun berlanjut menggunakan platform digital baik untuk mengakses layanan kesehatan maupun perbankan selepas Covid-19.

"Masyarakat di daerah pedesaan misalnya, mereka menjadi terbiasa untuk betul-betul melanjutkan transaksi mereka secara online," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement