Rabu 12 Oct 2022 07:55 WIB

Biden: Putin Salah Kalkulasi Perang di Ukraina

Biden memperingatkan tentang bahaya di balik ancaman nuklir Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Presiden Joe Biden berbicara dalam pertemuan Dewan Persaingan Gedung Putih di Ruang Makan Negara Gedung Putih di Washington, Senin, 26 September 2022.
Foto: AP/Susan Walsh
Presiden Joe Biden berbicara dalam pertemuan Dewan Persaingan Gedung Putih di Ruang Makan Negara Gedung Putih di Washington, Senin, 26 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin salah mengkalkulasi prospeknya untuk menduduki Ukraina. Menurut Biden, Putin dikenal sebagai tokoh yang rasional.

“Saya pikir dia adalah aktor rasional yang salah perhitungan secara signifikan,” kata Biden dalam wawancara kepada CNN, Selasa (11/10/2022) waktu setempat.

Baca Juga

Biden mengatakan, dia percaya Putin rasional tapi dia meremehkan keganasan pembangkangan Ukraina dalam menghadapi invasi. Hal ini menyebabkan Rusia mengalami kemunduran di medan perang.

"Dia (Putin) pikir akan disambut dengan tangan terbuka, bahwa ini adalah rumah Ibu Rusia di Kiev, dan di mana dia akan disambut, dan saya pikir dia benar-benar salah perhitungan," kata Biden.  

Pekan lalu, Biden memperingatkan tentang bahaya di balik ancaman nuklir Rusia. Biden mengatakan, AS kembali mendapatkan ancaman nuklir setelah krisis di Kuba. Biden tak menyangka Putin dapat melontarkan ancaman tersebut. 

"Pertama kali sejak krisis rudal Kuba, kami memiliki ancaman langsung penggunaan senjata nuklir. Saya tidak berpikir ada kemampuan untuk dengan mudah (menggunakan) senjata nuklir taktis dan tidak berakhir dengan Armageddon," kata Biden.

Beberapa pakar menyebut potensi penggunaan nuklir tetap ada dari Rusia. Dengan demikian, AS harus bersiap diri karena serangan Rusia ke Ukraina kurang maksimal.

Putin telah menandatangani undang-undang terkait pencaplokan empat wilayah Ukraina ke Rusia. Dokumen-dokumen itu dipublikasikan di situs web pemerintah Rusia pada Rabu (5/10/2022) pagi.

Awal pekan ini, kedua majelis parlemen Rusia meratifikasi perjanjian yang menjadikan wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia sebagai bagian dari Rusia.  Langkah itu dilakukan saat perang Moskow di Ukraina telah memasuki fase baru yang lebih berbahaya.  Rusia menghadapi kemunduran yang meningkat di medan perang.  Sementara pasukan Ukraina merebut kembali wilayah mereka di timur dan selatan, yang diduduki oleh Rusia. 

Perbatasan wilayah yang diklaim Rusia masih belum jelas. Tetapi Kremlin telah bertekad untuk mempertahankan wilayah Rusia, termasuk empat wilayah yang dianeksasi dengan segala cara, salah satunya mengerahkan senjata nuklir.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menanggapi aneksasi dengan mengumumkan aplikasi jalur cepat untuk bergabung dengan NATO dan secara resmi mengesampingkan pembicaraan dengan Rusia. Zelenskyy menyatakan, dia tidak mungkin mengadakan negosiasi dengan Putin setelah Rusia mengambil alih empat wilayah Ukraina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement