REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah kembali melemah pada awal perdagangan Kamis (6/10). Di pasar spot, mata uang garuda dibuka terkoreksi 0,08 persen ke level Rp 15.205 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di level Rp 15.193.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan indeks dolar hanya bersifat sementara. "Ayunannya lebih rendah mungkin akan berakhir tiba-tiba dalam beberapa hari mendatang," kata Ibrahim, dikutip Kamis (6/10).
Dari eksternal, menurut Ibrahim, pelaku pasar dikhawatirkan dengan potensi pelemahan ekonomi. The Fed telah memperjelas bahwa memperlambat ekonomi dan pertumbuhan pekerjaan tetap menjadi pusat rencananya untuk mendinginkan inflasi.
Meski terdorong dengan kebutuhan meredakan inflasi, The Fed juga dihadapkan pada risiko perlambatab ekonomi jika suku bunga acuan dinaikkan secara agresif. Gelombang data ekonomi global yang lebih lemah baru-baru ini mendorong imbal hasil Treasury lebih rendah dan menekan greenback.
Dari internal, pasar terus memantau perkembangan antisipasi pemerintah untuk menahan laju inflasi yang cukup tinggi pada tahun depan. Apalagi negara-negara Eropa saat sudah terdampak resesi, sehingga perlu ada amunisi baru untuk menanggulanginya.
Tahun 2023 menjadi salah satu yang menantang terutama untuk pemerintah dalam menghadapi bahaya resesi yang terus menghantui. Ketika terjadi resesi, peran pemerintah menjadi sangat penting untuk mendorong permintaan masyarakat.
Ibrahim memproyeksi, mata uang rupiah kemungkinan akan berfluktuatif. Rupiah diperkirakan akan ditutup melemah di rentang Rp 15.180 - Rp 15.260 per dolar AS.