Selasa 23 Aug 2022 19:56 WIB

Para Desainer Busana Muslim Curhat ke Mendag Zulhas: Sulit Cari Kain!

Desainer sempat cari kain dari China dan sebagian beralih ke printing

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berbincang dengan perancang busana saat parade roadshow Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) di Jakarta, Selasa (23/8/2022). Kementerian Perdagangan bersama Indonesia Fashion Chamber mengadakan fashion show dan talkshow bertajuk Indonesia Muslim Fashion: From Local Wisdom to Global Market yang merupakan rangkaian kegiatan JMFW. Kegiatan tersebut sebagai upaya untuk menjadikan Indonesia  sebagai pusat fashion muslim dunia pada tahun 2024, mewujudkan Indonesia sebagai produsen halal dunia dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan fashion muslim. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berbincang dengan perancang busana saat parade roadshow Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) di Jakarta, Selasa (23/8/2022). Kementerian Perdagangan bersama Indonesia Fashion Chamber mengadakan fashion show dan talkshow bertajuk Indonesia Muslim Fashion: From Local Wisdom to Global Market yang merupakan rangkaian kegiatan JMFW. Kegiatan tersebut sebagai upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat fashion muslim dunia pada tahun 2024, mewujudkan Indonesia sebagai produsen halal dunia dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan fashion muslim. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para perancang fesyen muslim mencurahkan keluh kesahnya kepada Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan dalam gelaran Indonesia Muslim Fashion From Local Wisdom for Global Inspiration di Jakarta, Selasa (23/8/2022). Keluhan itu lantaran kesulitan para desainer untuk mendapatkan bahan kain karena terbatas.

"Pemain (pelaku desainer) semakin banyak, tapi bahan baku justru itu-itu, saja," kata Ivan Gunawan, Creative Director Butik Ivan Gunawan PRIVE.

Ia menuturkan, awal mula merintis bisnis fesyen dengan produk premium dengan harga hingga puluhan juta. Namun, melihat pangsa pasar di Indonesia, dirinya mau tak mau harus dapat membuat produk dengan harga kisaran ratusan ribu yang lebih terjangkau.

Namun, untuk bisa memenuhi tuntutan pasar, para desainer membutuhkan preferensi bahan kain yang lebih beragam dan mudah diperoleh. Ia pun mengaku sempat harus mencari kain ke luar negeri lantaran sulit didapat di dalam negeri.

"Saya pernah sempat beli di China, tapi barang dari China ada lampu merah, hijau, kelap-kelip (masalah) akhirnya karya kita tersendat. Tapi kalau saya 90 persen bahan dasar dari lokal," katanya.

Menurut Ivan, lantaran kain yang terbatas, banyak para desainer yang beralih ke hijab printing. Itu lantaran bahan dasar yang digunakan relatif sama sehingga teknik printing bisa membedakan masing-masing jenama.

Sementara itu, Creative Director Khanaan, Khanaan Shamlan, menambahkan, banyak desainer yang ingin menggunakan kain sutra namun kebanyakan kain sutra diproduksi oleh China.

Khusus untuk pangsa pasar ekspor, ia menilai kain wastra nusantara sangat sudah cukup bersaing di pasar global. Selain itu, kain rayon juga cukup bagus dan sudah tersedia cukup banyak di Indonesia.

"Hanya saja, alangkah baiknya opsi bahan dasar untuk desainer bisa lebih banyak sehingga ada pilihan yang beragam," kata dia.

Senada dengan Ivan, Khanaan menuturkan, tak sedikit desainer saat ini yang akhirnya memilih kain printing untuk memproduksi hasil karyanya. Itu karena keterbatasan jenis kain yang ada di Indonesia.

"Itu sah-sah saja, cuma ada juga yang idealin ke perajin agar lebih banyak lagi kelangsungan dari hulu ke hilir,' katanya.

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, mengatakan, siap membantu para desainer untuk bisa lebih mudah memperoleh bahan kain. Ia pun siap untuk terbuka menerima masukan dari para desainer busana muslim di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement