Jumat 19 Aug 2022 15:31 WIB

Cadangan Beras 1,1 Juta Ton, Bulog: Stok Nasional Sangat Kuat

Harga beras di dalam negeri saat ini cenderung stabil.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Stok beras
Ilustrasi Stok beras

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog menyampaikan, volume cadangan beras pemerintah (CBP) yang tersimpan saat ini mencapai 1,1 juta ton. Dengan volume tersebut, Bulog menyatakan pasokan beras nasional dalam situasi aman untuk mengamankan kebutuhan masyarakat.

"Ini kita kuasai dan sebarkan, jadi stok sangat kuat dan baik, tidak perlu khawatir, bahkan kita berpeluang ekspor," kata Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Bulog, Budi Cahyanto dalam webinar FMB9, Jumat (19/8/2022).

Baca Juga

Budi menuturkan, menjaga volume CBP di level 1 juta hingga 1,5 juta ton, kata Budi, pun sesuai dengan rekomendasi Kementerian Pertanian, FAO, serta para akademisi. Situasi itu melengkapi capaian Indonesia yang tidak mengimpor beras selama tiga tahun terakhir.

Dengan ketahanan stok yang tinggi itu, Bulog meyakini Indonesia mampu melewati krisis pangan yang akan terjadi. Sebab, beras masih menjadi sumber karbohidrat utama bagi masyarakat. Krisis pangan biasanya terjadi ketika komoditas serealia mengalami masalah penurunan pasokan dan lonjakan harga.

"Jadi isu pangan global yang merebak saat ini bisa kita hadapi karena kita siap dari sisi kecukupan kebutuhan pangan beras yang paling mendasar," ujar dia.

Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga beras saat ini memang cenderung stabil. Hingga Jumat (19/8/2022), rata-rata harga beras medium sebesar Rp 10.780 per kg. Adapun untuk harga beras premium stabil pada level Rp 12.310 per kg.

Ketua Umum Dewan Pakar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Agus Pakpahan, meminta agar ke depan pemerintah tak hanya fokus pada swasembada. Namun, sejauh mana kemampuan masyarakat mengakses pangan. Faktor daya beli tidak dapat dikesampingkan karena berpengaruh pada kemampuan masyarakat mengakses pangan.

"Bisa saja pangan itu tersedia tapi masyarakat kelaparan," katanya.

Ia menuturkan, kejadian bencana kelaparan pernah terjadi di Bangladesh tahun 1943 lalu. Ketersediaan pangan aman namun akibat daya beli masyarakat yang rendah tidak mampu mengakses pangan.

Di Indonesia, ia mencontohkan kasus minyak goreng juga perlu menjadi pelajaran. Sebab, produksi melimpah namun lantaran harga yang melonjak tinggi, banyak masyarakat tidak bisa membeli.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement