REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan kode saham BRIS siap menerbitkan maksimal 6 miliar lembar saham. Dalam keterbukaan informasi pada Selasa (16/8/2022), BSI menawarkan saham baru dengan nominal Rp 500 per saham melalui mekanisme penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
"Penerbitan saham baru akan dilakukan dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu sesuai dengan POJK penambahan modal," tulis pernyataan tersebut.
Perseroan akan menyampaikan pernyataan pendaftaran dalam rangka PMHMETD I kepada OJK segera setelah diselenggarakannya RUPSLB BSI pada 23 September 2022 yang menyetujui rencana PMHMETD I. BSI mengumumkan pelaksanaan rights issue menunggu persetujuan pernyataan pendaftaran perseroan oleh OJK yang diharapkan rampung pada kuartal IV 2022. Rencananya, BSI akan menggunakan seluruh dana rights issue untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.
"Perseroan sebagai salah satu institusi keuangan (perbankan) berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, memiliki kinerja yang cukup baik di tengah pandemi Covid-19," lanjut pernyataan BSI.
Dalam keterbukaan informasi tersebut, BSI saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia. Seluruh indikator keuangan perseroan memiliki kinerja yang cukup optimal. Perseroan memiliki visi untuk menjadi top 10 Global Sharia Bank dengan aspirasi aset Rp 500 triliun pada 2025 dengan Return On Equity (ROE) lebih dari 18 persen.
Untuk mencapai aspirasi visi tersebut, BSI melakukan ekspansi pertumbuhan, baik secara organik maupun anorganik dan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan compound annual growth rate (CAGR) atau tingkat pertumbuhan tahunan majemuk lebih dari 15 persen hingga 2025.
Untuk mendukung rencana tersebut, BSI membutuhkan tambahan permodalan (ekuitas) agar capital adequacy ratio (CAR) dapat mencapai lebih 20 persen pada akhir 2025 atau tiga persen lebih tinggi dari CAR perseroan saat ini.Hal tersebut juga sesuai dengan average CAR Top 10 National Bank dan menjaga level of comfort market.
Dengan rencana rights issue, BSI akan memiliki kecukupan modal yang baik dengan CAR lebih 20 persen dan penambahan profitability yang optimal bagi pemegang saham dengan proyeksi dan return on equity (ROE) lebih dari 20 persen.
"Dalam hal pemegang saham tidak melaksanakan HMETD miliknya, maka persentase kepemilikannya
atas perseroan akan terdilusi hingga sebanyak-banyaknya 12,73 persen," tutup keterangan BSI.
Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan BSI menorehkan capaian positif pada kuartal I 2022 dengan membukukan laba bersih mencapai Rp 987,68 miliar atau naik 33,18 persen secara year on year (YoY). Hery menyampaikan penyaluran pembiayaan juga tumbuh sebesar Rp177,51 triliun atau 11,59 persen secara yoy.
Sementara itu, lanjut Hery, untuk perolehan dana pihak ketiga mencapai Rp 238,53 triliun tumbuh sekitar 16,07 persen secara yoy. Dari sisi aset, dia katakan, pertumbuhan aset sebesar 15,73 persen secara yoy menjadi Rp 271,29 triliun.
"Beberapa capaian ini menjadi semangat BSI untuk mengembangkan ekspansi bisnis selain di Indonesia, saat ini BSI tengah mendorong penetrasi di Timur Tengah, khususnya Dubai," ujar Hery.
Hery mengatakan BSI telah menyalurkan pembiayaan untuk segmen UMKM mencapai Rp 40,8 triliun nasional dengan kualitas pembiayaan yang sangat baik.
"Nilai tersebut sekitar 23,05 persen dari total portofolio pembiayaan BSI," kata Hery.