REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG--Sekitar 70 persen transaksi mobil di Indonesia dilakukan lewat skema kredit. Artinya, lembaga pembiayaan memegang peran penting dalam pertumbuhan industri otomotif Tanah Air.
Peran lembaga pembiayaan pun akan sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Chief Marketing & Sales Officer Astra Credit Companies (ACC), Tan Chian Hok, mengatakan, agar bisa memberikan dorongan dengan lebih optimal, maka industri keuangan perlu mendukung pembiayaan khusus EV.
"Harga EV jauh lebih mahal dari mobil konvensional. Oleh karena itu, masyarakat perlu didukung oleh pembiayaan dengan skema khusus sehingga masyarakat yang melakukan pembelian EV secara kredit bisa menikmati cicilan yang lebih ringan," kata Tan Chian Hok kepada Republika.co.id saat dijumpai usai Astra Financial Talkshow yang digelar di ICE-BSD, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, skema pembiayaan khusus EV telah diterapkan oleh beberapa negara. Dengan skema itu, masyarakat bisa lebih terdorong untuk beralih pada EV karena bisa menikmati uang muka dan bunga pembiayaan yang lebih ringan.
"Di Indonesia, skema khusus ini bisa dihadirkan setelah ada keputusan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jika memang OJK sudah memberikan payung hukum terkait skema tersebut, maka kami siap untuk medukung demi penerapan EV yang makin luas," ucap Tan Chian Hok.
Ia pun mengungkap, saat ini telah terdapat masyarakat Indoensia yang menggunakan jasa ACC untuk membeli EV. Tapi, hingga saat ini, komposisi pembiayaan dari segmen EV masih terbilang sangat kecil.
Ia yakin, jika ada skema pembayaran khusus maka komposisi pembiayaan EV akan naik secara signifikan.
Dari sisi pembiayaan mobil, ACC sendiri mencatatkan pertumbuhan amount finance menjadi Rp 16,7 triliun dengan jumlah unit finance sebesar 97.365 unit pada semester satu tahun 2022 ini atau meningkat 19,26 persen. Hal tersebut memberikan pertumbuhan laba bagi ACC sebesar Rp 747 miliar yang naik 43 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.