REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Indonesia terus berupaya menjaga ketahanan pangan nasional. Produksi padi di dalam negeri pun telah ditingkatkan secara signifikan sehingga mencapai swasembada beras.
Indonesia juga menciptakan sistem pertanian pangan yang tangguh hasil dari komitmen pemerintah yang bekerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat. Komitmen tersebut di antaranya terwujud dalam pembangunan bendungan, embung, varietas unggul baru, pemupukan berimbang, mekanisasi pertanian, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan penyuluhan pertanian.
Menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77, Indonesia mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute sebagai pengakuan atas sistem pertanian-pangan yang tangguh dan swasembada beras tahun 2019 sampai 2021 melalui penggunaan teknologi inovasi padi. Penghargaan itu diberikan kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Ahad (14/8/2022).
Pada kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut hadir langsung mendampingi presiden menerima penghargaan. “Di tengah tantangan pangan global, Indonesia memiliki landasan yang baik sehingga sektor pertanian menunjukkan resiliensinya dan juga selama pandemi berhasil menjadi buffer,” ujar dia usai mendampingi presiden dalam acara penyerahan penghargaan.
Sektor pertanian pada 2021 tumbuh 1,84 persen year on year (yoy) dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 13,28 persen. Kemudian pada kuartal II 2022, sektor pertanian menunjukan konsistensi dengan pertumbuhan positif 1,37 persen yoy dan berkontribusi 12,98 persen terhadap perekonomian nasional.
Tren positif tersebut juga turut menjaga kesejahteraan petani dengan capaian Nulai Tukar Petani (NTP) tertinggi pada Maret 2022 yakni sebesar 109,29 sedangkan NTP pada Juli 2022 tercatat sebesar 104,25.
Sementara, prognosa pangan nasional tahun 2022, khususnya pada komoditas beras, menunjukkan adanya surplus 7,5 juta ton. Ini melanjutkan tren positif swasembada beras dengan produksi beras pada tahun 2020 sebesar 31,4 juta ton dan 2021 sebesar 31,2 juta ton. Hal tersebut menunjukkan, kondisi produksi beras yang relatif stabil dari tahun ke tahun berdampak positif terhadap terjaganya harga beras nasional di tingkat konsumen.
“Swasembada beras yang telah dicapai tentunya masih dihadapkan oleh berbagai tantangan baik dari sisi hulu sampai ke hilir. Maka pemerintah terus meningkatkan berbagai upaya perbaikan,” tutur dia.
Sebagai informasi, produktivitas padi nasional pada 2020 berada di angka 5,13 ton per Ha dan pada 2021 meningkat menjadi 5,23 ton per Ha. Pemerintah terus melakukan upaya peningkatan kualitas benih, penerapan Good Agricultural Practices (GAP), perbaikan infrastruktur pertanian, penanganan pasca panen, pemanfaatan teknologi pertanian, perluasan areal tanam melalui cetak sawah, penetapan lahan sawah dilindungi, bantuan alat dan mesin pertanian, serta bantuan pembiayaan melalui KUR.
“Pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi dari hulu ke hilir serta memanfaatkan teknologi, menjadi prasyarat dalam peningkatan daya saing komoditas. Baik untuk pemenuhan dalam negeri maupun orientasi ekspor,” ujar Airlangga.
Dari sisi benih, lanjutnya, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Subang telah menghasilkan Inpari 32 dan Inpari 42 dengan produktivitas mencapai 12 ton/Ha. Itu terus didorong konsistensinya dan diimplementasikan pada skala besar.