REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto menilai transisi kendaraan konvensional berbahan bakar bensin menuju listrik (EV) perlu ditunjang dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan industri manufaktur itu sendiri.
"Akan ada transisi (menuju EV). Dengan fasilitas yang diberikan pemerintah, tentu kita berharap EV nantinya bisa mulai dirakit, dijual di dalam negeri dengan harga kompetitif dan mendorong produksinya di seluruh Indonesia," kata Airlangga saat ditemui di Tangerang, Kamis (11/8/2022).
Ia mengatakan, sudah terdapat beberapa pabrikan yang mulai merakit kendaraannya di Indonesia. Selain itu, ia menilai ekspor di sektor otomotif pun penting bagi perekonomian serta perdagangan Indonesia.
"(Ekspor) Saat ini sekitar 40 ribu per bulan dicapai, dan diharapkan jumlah negaranya juga makin banyak. Saat ini sudah hampir 80 negara. Ini membuktikan kemampuan manufaktur kita baik," kata dia.
Airlangga melanjutkan, pemerintah juga mendukung EV. Pemerintah menyadari peluang EV ke depan dimana pasar EV terus meningkat di pasar global pada 2040 sebesar 50,5 juta unit.
Di sisi lain, Airlangga juga optimistis bahwa industri otomotif nasional memiliki masa depan yang cerah. Hal ini senada dengan penjualan kendaraan secara keseluruhan yang tumbuh sebesar 8,87 persen dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, ia memaparkan industri alat angkut juga tumbuh signifikan di kuartal kedua tahun 2022 sebesar 7,35 persen, dan kontribusi industri otomotif terhadap PDB nasional sebesar 1,35 persen.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi di kuartal dua pun mencapai 5,44 persen. Pertumbuhan ini termasuk yang tertinggi, terima kasih untuk semua sektor terkait termasuk otomotif," kata Airlangga.
Sementara, kontribusi dari industri manufaktur telah mendekati 19 persen atau tumbuh 4,04 persen dari tahun sebelumnya.
"Lalu, perdagangan bertumbuh sebesar 8 persen, dengan kredit manufaktur naik 12 persen, perdagangan naik 8 persen, dan ekspor dibandingkan tahun lalu, naiknya hampir 40 persen," katanya.