REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memastikan inflasi inti masih terjaga baik di level 2,86 persen secara year on year (yoy). Hal ini didukung konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, tekanan inflasi dipicu kenaikan harga energi global yang tinggi. Hal ini tidak tertransimikan ke dalam harga minyak dan gas listrik.
“Hasil kebijakan pemerintah mempertahankan harga jual energi domestik dengan kenaikan subsidi energi BBM dan listrik dialokasikan APBN,” ujarnya saat konferensi pers KSSK secara virtual, Senin (1/8/2022).
Menurutnya inflasi volatile food juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan naiknya harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca.
“Kenaikan dipengaruhi kenaikan harga tiket angkutan udara. Tekanan inflasi kenaikan harga energi global sangat tinggi tidak tertansimisikan,” ucapnya.
Ke depan, perkembangan inflasi domestik menunjukkan tren meningkat. Hal ini seiring harga kenaikan komoditas dunia dan gangguan pasokan di domestik.“Maka inflasi Indonesia 4,94 persen masih relatif moderat,” ucapnya.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi tahunan kembali meningkat menjadi 4,94 persen. Lonjakan inflasi dipicu utamanya oleh kenaikan harga pangan dalam negeri yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
BPS mengingatkan, tingginya inflasi akibat lonjakan harga pangan berisiko besar terhadap peningkatan kemiskinan. "Dengan kenaikan harga atau inflasi yang tinggi, khususnya kelompok makanan, pasti ada potensi besar kepada angka kemiskinan," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).