Kemajuan teknologi memudahkan penyebarluasan informasi melalui media digital. Masyarakat harus mewaspadai informasi tidak benar atau hoaks yang tersebar secara berkelanjutan.
"Berita hoaks yang disebarkan dan dibaca berulang-ulang, maka pikiran kita cenderung menerima sebagai kebenaran. Karena itu harus berhati-hati, apalagi mendekati tahun politik," kata Guru, RTIK Indonesia, Pembina Majalah Digital POJOK ESEMKA, Founder Entrepreneur Muda Peduli, Muhammad Muhyi Setiawan, S.Pd saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas di wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Jumat (1/7/2022), dalam keterangan tertulis yang diterima.
Baca Juga: Tahan Diri di Medsos, Hindari Perselisihan Gegara Hoaks
Penyebaran berita hoaks, lanjut dia, menjadi salah satu cara mengadu domba beberapa golongan tertentu sehingga informasi yang diberikan terkesan menaku-nakuti atau menyesatkan penerima.
Saluran berita hoaks terbanyak di dunia digital, dengan media sosial berada di posisi teratas (92,4 persen). Jenis hoaks yang paling sering diterima mengenai sosial politik (91,8 persen) dan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) sebesar 88,6 persen.
Baca Juga: Waspada Pilih Pengelolaan Media Belajar di Ruang Digital, Hoaks dan Penipuan Selalu Mengintai!
"Ketika menerima satu berita, kita saring dan klarifikasi dulu, apakah berita itu benar atau bukan, baru bagikan ke teman dan orang sekitar. Jangan sampai ketika mendapat informasi langsung emosi. Itu bahaya," ujar Muhyi.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital.
Baca Juga: Membedakan Fakta dengan Hoaks, Menjadi Etis di Media Digital
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi.
Baca Juga: Hadapi Era Disrupsi Digital, Gus Yaqut Ajak Mahasiswa Tangkal Berita Hoax
Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Entrepreneur & Founder of Coffee Meets Stocks, Billy Tanhadi. Kemudian Guru, RTIK Indonesia, Pembina Majalah Digital POJOK ESEMKA, Founder Entrepreneur Muda Peduli, Muhammad Muhyi Setiawan, S.Pd, serta Jawara Internet Sehat & RTIK, Ulil Albab.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Literasi Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.